Sehingga, itu akan menjadi kecocokan dengan buku motivasi yang selama ini saya ciptakan. Jangan sampai saya menasehati orang untuk lebih baik, sedangkan karakter saya buruk. Nah, itu berarti ketidaksesuaian antara karakter diri dengan profesi yang diampu.
Begitu pun dengan kasus ini. Banyak sekali netizen yang berkomentar buruk tentang Nissa Sabyan. Salah satunya adalah,
"Bakal susah diterima netizen kalau ada lagu religi terbaru dari Sabyan,"
"Sabyan bubar saja, dah enggak cocok bawain lagu religi lagi,"
Saya setuju sekali dengan kalimat ini. Karena Nissa selama ini dipandang sebagai sosok yang baik. Apalagi dengan lagu-lagu religinya yang selalu trending di YouTube. Tapi karena berita buruk ini, akhirnya pandangan masyarakat berubah. Saya ibaratkan begini, ada preman nyuruh orang salat. Pantas tak kira-kira? Kurang cocok kan?! Orang-orang pasti akan menjawab, "Benerin dulu hidup loe!"
Begitu pun dengan seseorang yang ingin mendakwahkan kebaikan. Dia harus bisa dipandang baik oleh masyarakat. Agar dakwahnya mengena. Agar kebaikan yang ia sampaikan lebih mudah diterima. Agar tidak dicap sebagai pendakwah abal-abal. Terlebih, menjaga nama baik agama islam juga. Kasus ini memberikan renungan yang luar biasa bukan?
KETIGA, MENGIDOLAKAN ORANG YANG SALAH
Saya yakin tidak sedikit yang mengidolakan grup gambus ini. Tapi yang ingin saya tanyakan adalah kamu mengidolakan grup gambus karena lagunya? Atau karena yang nyanyi? Nah, akhirnya mulai pikir-pikir kan? hehe Saya jadi teringat dengan sebuah perkataan bijak. Wanita cantik itu belum tentu baik, tapi wanita baik akan selalu cantik.
So, jangan mengidolakan seseorang karena wajahnya. Kalau kita ingat kembali surat An-Nur ayat 30-31, kita sebagai umat islam harus rajin menundukkan pandangan dari hal haram yang dilihatnya. Memang sulit. Saya pun begitu. Tapi lebih baik berusaha daripada tidak sama sekali. APalagi kalau sudah berumah tangga. Godaan setan pasti akan banyak untuk menguji keimanan kita.
Berbicara tentang mengidolakan, saya pernah membaca salah satu buku islam. Judulnya Tarbiyah Ruhiyah. Di sana dijelaskan bahwa harusnya kita itu mengidolakan orang-orang yang sudah meninggal, bukan orang-orang yang masih hidup.
Kenapa?