Mohon tunggu...
Mahesa Dwi
Mahesa Dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebaikan Hati Seorang Insan dari Desa

29 Mei 2022   17:52 Diperbarui: 29 Mei 2022   17:58 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Api unggun ini berfungsi untuk menghindari serangan hewan buas ketika tidur, karena tidak mungkin bisa melindungi diri ketika tidur dan benar saja ketika tengah malam hari percaya atau tidak ada seekor harimau yang mendekat mengelilingi api unggun sekitar 10 menit.

Dari pengalaman masa kecil beliau saya sudah bisa mengambil hikmah bahwa sudah semestinya saya harus bersyukur karena dibandingkan dengan masa kecil beliau yang seharusnya dihabiskan bermain dengan teman -- teman malah digunakan untuk membantu orang tua.

Setelah masa kecil saya kembali mendengarkan cerita bagaimana pengalan beliau di masa remaja sampai bertemu dengan Almrhumah istrinya. 

Karena tidak sekolah beliau merantau ke luar kota sebagai kuli bangungan dan membantu jualan kelapa. Dari pekerjaan inilah beliau bertemu dengan Alamarhumah istrinya yang menikah pada tahun 1967.

Kehidupan rumah tangganya meskipun dengan kehidupan ekonomi yang minimalis berjalan dengan gembira, susah senang mereka lewati bersama. 

Hingga 35 tahun pernikahan mereka lewati di pagi hari Mbah Kemi terheran karena tumben waktu shubuh istrinya belum bangun, karena biasanya sebelum adzan shubuh berkumandang istrinya sudah bangun untuk melakukan kegiatan sehari -- hari entah untuk shalat atau menyiapkan sarapan. 

Beliau pikir mungkin karena kecapaian dia tidak membangunkan istrinya. Ketika sinar matahari sudah memasuki rumah melewati sela -- sela jendela Mbah Kemi berniat membangunkan istrinya, namun yang beliau hadapi tubuh istrinya sudah dingin dan kaku. Setelah di periksa oleh dokter dari puskesmas istrinya di nyatakan meninggal sekitar sudah enam jam.

Pemakaman istrinya tidak dihadiri oleh kerabat karena memang tidak punya dan orang tuanya pun sudah meninggal beberapa tahun setelah beliau menikah. 

Mulai dari situ beliau menjalani kehidupannya sebatang kara karena tidak dikaruniai anak. Masak, Bertani, cari uang beliau lakukan sehari -- hari. 

Berbekal pengalaman beliau menjadi kuli saat remaja dengan kinerjanya yang bagus Alhamdulillah upah yang beliau dapatkan masih mampu digunakan untuk kebutuhan se hari -- hari.

Namun karena faktor usia yang semakin bertambah tentu saja tenaga beliau semakin beerkurang tidak sekuat di usia muda apalagi sebagai kuli bangunan dibutuhkan tenaga ekstra untuk bekerja, tidak cukup jika mengandalkan penghasilan beliau sebagai kuli bangunan sehingga lahan kecil di belakang rumah beliau jadikan kebun untuk menanam kopi, pisang, nangka, dan kelapa. Sekarang beliau menghabiskan waktu dengan mengurus kebun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun