Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kisah tentang Bersuci dan Menyucikan Diri dalam Taubat

10 Mei 2021   22:51 Diperbarui: 10 Mei 2021   22:51 2204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"...Sesungguhnya yang dapat engkau beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada (azab) Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka yang melaksanakan shalat. Dan barang siapa menyucikan dirinya. Sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah tempat kembali."(QS.Fatir Ayat 18)

Gema adzan shubuh terdengar. Menyelusup di sela mimpi si kecil yang hingar bingar.

"Adek, bangun ayo shalat shubuh. Habis sahur jam dua tadi kok malah tidur lagi."

Bocah kecil itu menggeliat sambil mengucak matanya yang terlihat sipit karena mengantuk.

"Adek masih mengantuk pah."

Aku menarik tangannya sedikit memaksa. Setengah terpaksa ia duduk tapi belum beranjak dari tempat tidurnya.

"Ayo cepat bersuci, ambil air wudhu kita ke mushola."

Si kecil tampak malas-malasan. Tapi ia mau juga menuruti perintahku masuk ke kamar mandi untuk berwudhu. Setengah tak sabar aku menepuk pantatnya agar ia bersegera.

Aku memperhatikan caranya berwudhu dari mulai membasuh kedua telapak tangannya.

"Ulangi Dek. Yang benar wudhunya. Wudhu itu menentukan sah tidaknya shalat."

Ia tampak merengut karena setelah beberapa kali aku masih terus menyuruhnya mengulang wudhu. Sementara lantunan iqamah sudah terdengar dari mushola.

"Kamu tidak mau kan kalau nanti mendapat azab dari Allah karena wudhumu yang asal-asalan."

"Iya.Pah. Aku ulangi lagi nih"

Akhirnya ia dapat menyelesaikan wudhunya dengan baik. Tapi sayangnya shalat shubuh sudah berlangsung di mushola. Dengan sedikit kesal aku memberinya sedikit omelan. Si kecil hanya bisa tertunduk.

Shalat shubuh akhirnya aku laksanakan berjamaah berdua dengannya di rumah. Isteri dan puteriku yang besar sudah berangkat shalat duluan tadi ke mushola.

Selesai shalat si kecil menghampiriku. Sepertinya ada unek-unek yang dipendamnya.

"Pah, aku boleh tanya tidak?" Ia menatapku setengah ragu.

"Mau tanya apa. Tanya saja. Kalau Papah bisa nanti dijawab" Suaraku melunak karena sudah hilang rasa kesalku tadi.

"Pah. Aku kan masih kecil. Memangnya kalau aku salah-salah. Kena azab juga. Aku takut Pah. Memangnya waktu Papah kecil dulu kayak Adek tidak, bersucinya. Terus suka malas dan nakal?"

Pertanyaan yang begitu sederhana tapi menohok bagiku. Anganku seperti dibawa terbang ke masa lalu saat usiaku masih kecil.

Betapa aku demikian seringnya membuat kesal Ibu dan Ayah. Berapa kali aku dihukum karena kenakalanku. Jika dibanding anakku saat ini rasanya ia lebih baik dariku.

Anakku tergolong rajin beribadah di usianya yang masih sangat belia. Demikian akrabnya ia dengan mushola dan Al Quran. Tidak seperti aku kecil dulu.

Astaghfirullah. Apakah aku sudah terlalu berlebihan padanya sehingga ia bertanya seperti itu. Aku langsung memeluk anakku.

"Maafkan Papah ya. Kamu lebih baik dari Papah kecil dulu. Papah cuma ingin mengajarkan bersuci yang benar agar shalatmu sempurna. Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Kamu tidak akan di azab atas kesalahanmu karena usiamu belum baligh."

Sepertinya Ramadan membawakan pelajaran berharga untukku. Agar lebih baik dalam bersuci. Bukan saja dalam menyucikan tubuh. Tapi juga menyucikan hati dan pikiran atas segala kesalahan yang telah diperbuat di masa lampau. Dan berbuat lebih baik di masa depan.

Ya Allah, ampunilah segala dosa dan kesalahanku. Tiba-tiba aku seperti mendengar lantunan ayat Al Quran dalam Surah Al-Baqarah ayat 222

"...Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri."

Tangerang, Mei 2021
Mahendra Paripurna

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun