Ia tampak merengut karena setelah beberapa kali aku masih terus menyuruhnya mengulang wudhu. Sementara lantunan iqamah sudah terdengar dari mushola.
"Kamu tidak mau kan kalau nanti mendapat azab dari Allah karena wudhumu yang asal-asalan."
"Iya.Pah. Aku ulangi lagi nih"
Akhirnya ia dapat menyelesaikan wudhunya dengan baik. Tapi sayangnya shalat shubuh sudah berlangsung di mushola. Dengan sedikit kesal aku memberinya sedikit omelan. Si kecil hanya bisa tertunduk.
Shalat shubuh akhirnya aku laksanakan berjamaah berdua dengannya di rumah. Isteri dan puteriku yang besar sudah berangkat shalat duluan tadi ke mushola.
Selesai shalat si kecil menghampiriku. Sepertinya ada unek-unek yang dipendamnya.
"Pah, aku boleh tanya tidak?" Ia menatapku setengah ragu.
"Mau tanya apa. Tanya saja. Kalau Papah bisa nanti dijawab" Suaraku melunak karena sudah hilang rasa kesalku tadi.
"Pah. Aku kan masih kecil. Memangnya kalau aku salah-salah. Kena azab juga. Aku takut Pah. Memangnya waktu Papah kecil dulu kayak Adek tidak, bersucinya. Terus suka malas dan nakal?"
Pertanyaan yang begitu sederhana tapi menohok bagiku. Anganku seperti dibawa terbang ke masa lalu saat usiaku masih kecil.
Betapa aku demikian seringnya membuat kesal Ibu dan Ayah. Berapa kali aku dihukum karena kenakalanku. Jika dibanding anakku saat ini rasanya ia lebih baik dariku.