Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lihat Barang Tergeletak Jangan Langsung Diambil, Kamu Harus Tahu, Ini Risikonya

7 Desember 2020   08:54 Diperbarui: 7 Desember 2020   09:01 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah tidak, melihat barang yang tergeletak di suatu tempat? Mungkin di jalan ataupun tempat lain. Apa kemungkinan yang dilakukan, membiarkannya saja atau memilih untuk mengambilnya. Ini beberapa resiko yang harus anda tahu. Mulai dari malu sampai yang berimbas hukum ataupun karma.

Membuat Malu

Jika sering menonton tayangan film komedi Warkop Dono, Kasino, Indro mungkin sudah tidak asing lagi dengan hal ini. Tapi entah mengapa di dunia nyata masih ada saja yang mengalami kejadian seperti ini.

Tetangga rumah kebetulan sedang merenovasi rumahnya, jadi banyak tukang bangunan yang berseliweran di lingkungan kami. Pagi itu aku melihat beberapa anak termasuk anakku tampak sedang bermain. Beberapa bersembunyi sambil mengintai. Aku pikir mungkin sedang bermain petak umpet.

Iseng aku coba bertanya kepada anakku yang sedang bersembunyi. Tapi ia mengangkat jari telunjuknya ke depan bibir menyatakan untuk diam sembari menyuruhku untuk melihat ke suatu arah.

Penasaran aku melihat ke arah yang ditunjukkannya. Di depan rumah tetangga yang sedang direnovasi jalanan terlihat sepi. Seorang tukang bangunan tampak celingak-celinguk mengawasi sekeliling. Kulihat ia membungkuk meraih sesuatu dan bergegas masuk ke dalam rumah.

Anak-anak tampak tertawa geli melihatnya. Aku masih belum mengerti mengapa mereka tertawa. Anakku menjelaskan bahwa tadi salah satu temannya menaruh uang palsu mainan seratus ribuan di jalan untung mengerjai orang yang mengambilnya. Aku tertawa mendengarnya. Tak bisa kubayangkan bagaimana reaksinya jika nanti tahu itu hanya uang mainan. Tapi aku juga menasihati mereka agar tidak mengulangi lagi hal itu karena bisa saja orang tersebut marah jika tahu sudah dikerjai.

Di ujung sana kulihat si tukang keluar lagi dari dalam rumah dengan wajah malu. Mungkin ia tadi sempat memamerkan uang temuannya kepada teman-temannya. Dan baru tahu bahwa uang itu palsu. Si tukang terlihat merobek-robek uang kertas itu dan membuangnya.

Perihal peristiwa yang membuat malu, aku juga pernah melihatnya di tempat lain. Aku terbiasa berangkat dan pulang kerja menggunakan transportasi umum transjakarta. Mungkin semua tahu salah satu rutinitas yang harus kita lakukan jika menggunakan bus adalah menunggu.

Pagi itu tidak seperti biasanya di halte tempat ku menunggu tidak terlalu banyak penumpang yang searah denganku. Aku jadi bisa duduk santai di bangku besi yang disediakan sembari menanti bus datang.

Agak jauh dariku seorang anak muda tampak juga sedang duduk menunggu. Ia tampak gelisah. Sesekali pandangannya menatap sekeliling. Dan kemudian menatap ke ujung sepatunya. Beberapa penumpang sudah naik dan hanya menyisakan lelaki itu di bangkunya.

Ia membungkuk mengulurkan tangan ke bawah bangkunya meraih sesuatu. Sebuah tempat minum cantik terbuat dari bahan semacam logam ada di tangannya. Ia mengguncang-guncangkan barang tersebut untuk mengetahui ada tidaknya air di dalamnya.

Sepertinya ia tadi sengaja menunggu sampai penumpang semua naik untuk memastikan bahwa tempat minum itu memang tertinggal dan bukan milik salah satu penumpang yang belum naik. Kemudian dengan yakin ia membuka tutup tempat minum tersebut dan membuang isinya ke jalan.

"Kenapa airnya dibuang mas?" Tiba-tiba seorang gadis berseragam menghampiri.

"Eh. Anu. Biar nggak berat bawanya," kata si lelaki dengan sedikit gugup.

"Lho. Itu kan punya saya. Nanti saya minumnya gimana kalau airnya di buang" si gadis yang berseragam petugas transjakarta mengulurkan tangannya meminta.

Dengan muka merah karena malu si lelaki mengembalikan botol minuman tersebut sembari meminta maaf. Untungnys si petugas tidak memperpanjang urusannya. Dan kebetulan juga saat itu tidak banyak penumpang yang ada. 

Rupanya petugas transjakarta sudah terbiasa menaruh minuman disana agar mudah mengambilnya saat bekerja mengatur arus penumpang.

Terjerat Hukum

Selain membuat malu. Barang yang tergeletak tak bertuan juga sering kali merupakan "jebakan batman" dari pihak yang berwajib.

Jika kita menemukan dompet ataupun barang berharga lain di jalanan mungkin sering kali kita menjadi penasaran. Apakah dompet itu masih ada uangnya atau masih berfungsikah barang yang kita temukan itu misalnya saja sebuah handphone.

Namun kita harus ingat bisa saja barang tersebut merupakan barang hasil kejahatan seperti mencopet. Mungkin pencopetnya menaruhnya di sana untuk sementara menghilangkan barang bukti. 

Dan bisa juga petugas yang berwajib saat itu sedang mengawasi karena si korban sudah melapor. Begitu anda memegang dan mengambilnya otomotis barang bukti beserta sidik jari anda sudah ada di sana. Dan andalah yang akan menjadi tersangka utamanya.

Begitu pula jika menemukan bungkusan yang menarik perhatian jangan pula langsung penasaran dan membawanya. Bagaimana jika itu adalah uang illegal hasil transaksi haram korupsi atau bungkusan itu ternyata berisi narkoba. 

Yang lebih parah lagi bagaimana jika bungkusan tersebut berisi potongan mayat hasil pembunuhan. Waduh. Bisa tambah panjang urusannya nanti.

Hukum Karma

Boleh percaya boleh tidak. Namun banyak kejadian yang membuktikan bahwa hukum karma itu ada. Salah seorang kenalan saya ada yang pernah mengalaminya. Sebut saja dia, Andi.

Suatu pagi di hari minggu, Andi mengendarai sepeda motornya untuk pergi ke pasar membeli beberapa barang keperluan isterinya. Di tengah jalan ia melihat sebuah dompet agak besar tergeletak di jalan. Segera dengan cepat Andi berhenti, mengambilnya dan menyimpannya di balik jaketnya. Tak ada yang melihatnya karena saat itu jalanan masih sepi. Sekilas saja ia tahu bahwa dompet itu berisi handphone.

Sepulang dari pasar. Sesampainya di rumah ia langsung memeriksanya. Ternyata berisi dua buah hp merk terkenal. Sebenarnya bisa saja jika Andi ingin mengembalikan karna kartu sim nya saat itu masih aktif dan bisa dihubungi. Tapi ia memilih untuk membuang kartu simnya dan menghapus data-data yang ada di handphonenya untuk kemudian menjualnya.

Saat itu kalau tidak salah kedua handphone tersebut laku terjual hampir dua jutaan di sebuah counter penjualan handphone. Cukup lumayan uang yang dia terima saat itu.

Beberapa waktu setelah itu. Andi justru mengalami kesialan yang cukup menguras hartanya. Uang hasil pinjaman kantor yang rencananya akan dibuat untuk membeli ataupun membayar uang muka kendaraan roda empat. Dibawa kabur orang. Andi tertipu karena penawaran mobil murah dari orang tersebut ternyata hanya omong kosong belaka. Uang puluhan juta raib tanpa tahu juntrungannya. Semua berkas yang diberikan orang tersebut juga ternyata palsu semua. Termasuk alamat tempat tinggal si penipu.

Andi langsung menyadari bahwa mungkin ini adalah karma dari perbuatannya sebelumnya. Tapi nasi telah menjadi bubur. Ia hanya bisa menyesal di akhirnya.

Dari beberapa pelajaran tersebut sepertinya kita harus mulai berhati-hati jika melihat barang apapun tergelatak di suatu tempat. Karena banyak resiko yang mungkin bisa terjadi. Lebih baik kita tidak mendekatinya untuk menghindari hasrat untuk memiliki.

Seperti setiap hari perjalananku melewati trotoar ibu kota sering kali melihat sendal dan sepatu anak kecil yang tergeletak. Biasanya karena si orang tua tidak menyadari sendal anaknya terjatuh saat mengendarai sepeda motor dan baru sadar ketika di rumah. Aku tidak pernah berniat mengambilnya. Tentu saja karena itu kan tidak berharga. Hehehe.

Beberapa kali aku juga menemukan penampakan bra dan celana dalam wanita di jalanan. Namun aku juga tidak berminat mengambilnya. Bukan karena barang ini juga tidak berharga atau aku jijik untuk menyimpannya. 

Tapi aku tidak ingin nanti viral dan ada dua tagihan datang ke rumahku sebesar masing-masing 50 juta rupiah. Karena aku telah dianggap membeli dua pakaian dalam artis wanita. Hehehe.


Tangerang, Desember 2020
Mahendra Paripurna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun