Tak inginkah kau berbagi derai tawa
Melintasi hari disetiap waktu dan menit
Mencoba menerka kemana dewi cinta kan membawa asa
"Tutup matamu, Din. Aku ada kejutan untukmu." Aku berkata sambil menyembunyikan tangan di belakang punggung.
"Apa sih Hans. Jangan bikin penasaran deh." Dinda berkata setengah merajuk. Tapi ia memejamkan matanya juga.
Aku memandangi wajah cantiknya. Andai saja aku punya keberanian untuk mengecup bibirnya. Sejenak aku terlupa, karena mengagumi keindahan yang terpampang di depan mata. Jika saja Dinda tidak mengagetkanku mungkin aku masih berdiri termangu.
"Cepetan deh. Jangan pake lama. Awas ya kalau macem-macem sama aku."
"Eh,iya. Ini. Sekarang coba buka matanya." Kusodorkan sebuah boneka ke hadapannnya.
"Teddy Bear," Dinda setengah berteriak melihatnya. Saking girangnya tak sadar ia memelukku. Dalam hati aku bersorak. Sedetik kemudian ia tersadar. "Eh, maaf," dengan pipi merona merah ia menarik tubuhnya.
"Kok kamu tahu. Aku suka boneka beruang ini?" Ia memandang penuh tanya.
"Apa sih yang tidak aku tahu tentang kamu." Ku genggam jemari tangannya. Ah bahagianya.