Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki yang Menyelipkan Gunting di Balik Bukunya

13 November 2020   16:29 Diperbarui: 13 November 2020   20:00 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan baru kau kabarkan padaku berita tentang aroma lezat surgawi

Hai, puisi ini seperti menyiratkan kejadian yang baru saja menimpanya. Ramalan kah ini?
Aku baru sadar ternyata di lembar kali ini ada tertulis namaku di ujung puisi. "Teruntuk Dinda". Dan ada satu bungkusan yang tak ku tahu itu apa juga tertulis namaku.

Aku membawa puisi dan bungkusan itu pulang untuk kutunjukkan kepada ibu. Masih bisa kulihat air bening di sudut matanya yang menunjukkan kesedihan wanita yang kusayangi ini.

Ibu menjulurkan tangannya ke arah layar kaca. Rupanya itu berita tentang ayah. Polisi ternyata berhasil membuktikan dugaannya. Pembunuh ayah tertangkap. Ia menusuk ayah dengan gunting yang selalu ayah bawa karena kesal tidak menemukan satupun barang berharga yang bisa diambil.

Aku menangis bersama ibu. Perasaan sedih bercampur aduk dengan perasaan lega. Kesedihan karena membayangkan bagaimana ayah harus pergi secara tragis. Tetapi juga kelegaan karena ayah ternyata tidak sehina dugaanku semula. Ayah tetaplah pahlawan sempurnaku.

*****

Bungkusan hadiah terakhir dari ayah membuatku tercenung. Berisikan sebuah buku dengan gunting yang terselip di dalamnya. Terlintas berbagai kejadian yang menjadi kenyatan dari lembaran kertas dari buku ini yang berisi puisi. Hingga kemudian aku ingat percakapanku sebelumnya dengan ayah.

"Buku ini adalah media Bapak untuk memulai sesuatu. Dan gunting ini adalah media untuk mengakhirinya"

Aku masih juga tak mengerti. Untuk apa kau berikan semua ini padaku, Ayah?

Tangerang, Nopember 2020
Mahendra Paripurna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun