Anjani tertunduk. Tetiba dia merasa dirinya terasing diantara puluhan orang yang seakan menghujatnya dengan kata-kata tajam yang melesat bagai anak panah ke tubuhnya.
Anjani berlari. Ia tak mampu menahan luka seperti ini. Kemana bahagia yang selama ini mengiringi luka. Ia tak memperdulikan kecemasan yang terlihat di wajah bibinya saat tiba di rumah.
Beberapa kali ia menampar mukanya dengan keras berharap luka yang akan mengembalikan bahagianya. Satu hal yang selama ini tidak pernah ia lakukan saat menyakiti dirinya. Tapi tak juga hilang rasa kepedihan itu.
*****
Sudah beberapa hari ini Anjani tidak pulang ke rumah. Sang bibi begitu khawatir akan keponakan kesayangan yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri. Dia sudah meminta bantuan semua orang yang dikenalnya mencari.Â
Semua teman Anjani tidak ada yang tahu dan memang tidak ada satu temanpun yang akrab dengannya.
Sang bibi tak hentinya menangis berharap tidak terjadi peristiwa yang tidak diinginkan pada diri Anjani. Setangkup doa ia panjatkan untuk keselamatan Anjani.
*****
Ini adalah hari ketujuh sejak Anjani menghilang. Tepat ketika sebuah berita viral di media sosial tentang ditemukannya seorang lelaki yang tewas dengan sejumlah luka. Sementara tidak jauh dari sana tergeletak sesosok tubuh gadis dengan dada terkoyak. Di tangannya tergenggam sebilah belati yang berlumur darah.Â
Si gadis tewas dengan senyuman yang tersungging di bibirnya.
Tangerang, November 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H