*****
Anjani yang saat ini sudah remaja mulai merasakan arti cinta. Ia mengagumi seorang teman sekolahnya. Seorang pemuda yang menjadi idola hampir semua murid wanita di sekolahnya. Andi namanya.
Ada satu sensasi yang belum pernah ia rasakan. Perasaan terluka yang tidak menimbulkan rasa bahagia pada hatinya. Saat melihat Andi berbincang mesra dengan Siska. Melihat ia menggandeng Rita sepulang sekolah. Dan setiap kali Andi membonceng gadis-gadis teman sekolahnya yang berbeda saat datang ke sekolah.
Anjani merasa luka kali ini menyakitkan. Mengiris-iris sanubarinya yang terdalam. Membuat gelisah setiap tidur malamnya.
"Ada apa Jani. Apa yang merisaukanmu. Kau ingat ayah dan ibumu nak ?"sang bibi mengelus rambut Anjani dengan penuh rasa sayang. Layaknya perasaan seorang ibu kepada anaknya.
Anjani tak menjawab. Hanya tatapannya yang kian membeku menyiratkan sejumlah luka.
*****
"Andi hentikan perbuatanmu. Aku benci melihatmu menggoda setiap gadis di sekolah kita. Kau mempermainkan perasaanku." Anjani setengah berteriak berkata. Ketika suatu sore mereka berdua bertemu sepulang sekolah.
Andi menatap keheranan. Baru kali ini ia mendengar Anjani mengucapkan kata kepadanya. Selama ini yang ia tahu Anjani adalah gadis pendiam yang jarang terlihat bercakap dengan teman-temannya. Sempat ia berfikir gadis ini bisu.
"Apa urusanmu. Apakah kita pernah kenal sebelumnya ?" Andi berkata dengan sinis. Ia sengaja mengeraskan suaranya sehingga teman-temannya mendengar pertengkaran mereka.
"Owh. Atau jangan-jangan kamu jatuh cinta kepadaku. Jangan mimpi ya. Aku tidak mungkin mencintai gadis aneh sepertimu." Andi berlalu pergi.
Kata-kata Andi menghujam bak belati yang mengoyak luka di hati Anjani. Luka yang terasa perih. Belum pernah ia merasakan luka sedahsyat ini.Â
Orang-orang yang sedari tadi memperhatikan mereka terlihat saling berbisik dengan pandangan mencemooh.