Mohon tunggu...
Mahendra Hariyanto
Mahendra Hariyanto Mohon Tunggu... Konsultan - Pekerja IT TInggal Di Singapura

Pekerja IT yang sedang belajar menulis... Tinggal di Singapura

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yakin itu Nikmat

5 Januari 2016   08:07 Diperbarui: 5 Januari 2016   10:01 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebaliknya, ketika kita memiliki iman , faith, keyakinan yang tebal , pertanyaan-pertanyaan tak terjawab seperti ini tidak akan melunturkan iman kita atas keberadaan tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Sikap kita menyikapi pertanyaan yang belum mandapatkan jawaban pertanyaan itu akan sperti si anak TK pada cerita saya di atas, yang walaupun tidak mengerti mengapa ayam-ayam betina itu harus menderita, pada akhirnya tetap patuh pada permintaan ayahnya untuk membiarkan hal itu terjadi. Si anak TK yakin bahwa ayahnya melihat sesuatu yang dia tidak lihat. Mengetahui sesuatu yang dia tidak tahu. Memiliki kuasa atas dirinya . Oleh karenanya si anak TK patuh pada perintah sang Ayah.

Oleh karena itu, dalam berbagai ajaran agama – yang percaya pada kekuasaan Tuhan yang Esa- kita diajarkan untuk bersabar dan meyakini bahwa akan ada hikmah yang dapat diambil dari setiap kejadian di muka bumi ini.

Selanjutnya ketika kita berbicara “Hikmah”, selayaknya kita melihatnya tidak terbatas hikmah pada diri kita sendiri, tapi kita harus melihatnya secara lebih luas, yaitu Hikmah pada orang-orang di sekitar kita, hikmah pada keberadaan umat manusia di dunia ini.

Ketika kita mengaku sebagai hamba Tuhan di muka bumi ini selayaknya kita harus rela untuk mengemban penderitaan yang ditimpakan pada kita untuk kebaikan manusia manusia lainnya , untuk kebaikan peradaban umat manusia di masa yang akan datang.

Jika kita melihat kembali kebelakang, sejarah peradaban manusia, peradaban dan taraf kehidupan yang dirasakan umat manusia saat ini, jauh lebih baik dari peradaban dan taraf kehidupan manusia beberapa abad yang lalu. Tingkat harapan hidup semakin tinggi, kematian bayi semakin rendah. Praktek Perbudakan yang dulunya dilindungi hukum, menjadi suatu kejahatan besar di saat ini. Derajad manusia semakin setara satu sama lainnya. Semua mempunyai peluang untuk dapat menjadi pemimipin negeri , tidak seperti ratusan tahun lalu, hanya anak Raja atau keluarga raja yang dapat menjadi pemimpin negeri. Peradaban manusia saat ini tidak lepas dari apa yang telah terjadi di masa lalu.

Kemajuan yang dirasakan saat ini merupakan “Hikmah” atas apa yang terjadi di masa lalu. Dan perkembangan peradaban manusia tidak berhenti diam. Dia terus berkembang memperbaiki diri. Karena peradaban manusia adalah juga ciptaan Tuhan yang dibentuk oleh “agen ” Tuhan, di muka bumi ini yang bernama “manusia”. Jadi, tuhan tidak hanya menciptakan “Hardware” nya saja berbentuk “Fisik” , Alam semesta , planet-planet , bintang, bulan, tumbuhan, hewan , tanah, air dan sebagainya. Hal hal non fisik, “Software” yang berbentuk peradaban manusia yang berkeadilan dan beradab juga merupakan ciptaannya.

Kita mungkin bertanya: jika “peradaban” manusia juga merupakan ciptaan Tuhan yang maha sempurna, mengapa peradaban manusia yang kita rasakan sampai saat ini masih tidak sempurna. Ketidak adilan, kemiskinan, penindasan yang lemah oleh yang kuat masih banyak terjadi di daalam peradaban manusia saat ini. Bukankah Ciptaaan Tuhan seharusnya Sempurna?

Kembali lagi, jika kita membaca ulang sejarah manusia dari dulu sampai sekarang, maka kita akan melihat peradaban manusia saat ini lebih baik dari generasi-generasi sebelumnya. Dan perkembangan peradaban manusia tidak berhenti, terus berkembang. Dengan kata lain, ketika kita memiliki iman, keyakinan akan kesempurnaan Ciptaan Tuhan, kita juga seharusnya meyakini peradaban manusia pada saatnya akan mencapai suatu keadan yang sempurna. Jika itu belum terjadi saat ini, hal itu dikarenakan penciptaan peradaban yang sempurna tidak terjadi begitu saja, ada proses , tahap-tahap yang harus dilalui. Dan kita semua berperan dalam proses itu. Umat manusia saat ini memperbaiki dan mengembangkan peradaban manusia dari generasi sebelumnya. Begitu pula selanjutnya, umat manusia di masa yang akan datang akan memperbaiki dan mengembangkan peradaban yang telah dicapai oleh manusia pada generasi saat ini. Begitulah selanjutnya sampai pada suatu ketika akan terbentuk masyarakat madani , yaitu masyarakat yang berkeadilan dan beradab.

Dalam mencapai masyarakat madani, kiita semua, umat manusia, mempunyai andil dan peran masing masing dalam mewujudkannya. Tidak hanya bangsa Arab dimana agama samawi diturunkan, tapi juga bangsa Eropa dengan ilmu pengatuhuannya, bangsa China, India, Indonesia dan semua bangsa bangsa lainnya dengan kerja kerasnya, juga mempunyai peran dalam mewujudkan ciptaan tuhan berupa peradaban sempurna di muka bumi ini.

Ketika kita menyadari seluruh umat manusia di muka bumi ini memiliki peran dalam mewujudkan masyarakat madani ciptaan Tuhan, sudah selayaknya kita saling menghargai satu sama lain sesama umat manusia. Tidak merasa lebih mulia dari yang lain dan tidak juga merasa paling benar sendiri.

Singapura,  January 2016,

Selamat Tahun Baru 2016

Mahendra Hariyanto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun