Menganggap enteng merokok dan berhenti merokok ternyata cukup ampuh bagi saya untuk bisa terus tiap hari tanpa rokok. Saya tidak merasa harus kehilangan, tidak pura-pura sakau atau pura-pura ketagihan yang tidak bisa dihindarkan. Semua saya anggap enteng dan biasa saja. Kenapa harus didramatisasi dan diglorifikasi? Enjoy saja lah.
Barangkali dengan cara demikian itu justru membuat mental dan psikologis saya tidak terlalu terikat dengan rokok pada akhirnya. Ibaratnya, ketika ditinggal mantan menikah, untuk apa kita harus merasa kehilangan berkepanjangan sampai seakan langit runtuh karenanya? Sedih di awal boleh saja tapi hidup harus terus bejalan. Seperti itu pula kaidah yang saya pegang selama ini.
Justru semakin menganggap berhenti merokok sebagai hal yang luar biasa berat, semakin kuat emosi dan mental mengiyakannya. Hal itu tentu saja semakin memperdalam ingatan kita terhadap penderitaan ketika ditinggalkan oleh rokok yang bertahun-tahun setia menemani. Semakin sukar pula kita melepaskan dan berlari untuk menjauhinya.
Ini tentang Saya
Jadi alih-alih saya memperberat perasaan dan menganggap istimewa orang yang tidak merokok karena, katanya, lebih sehat dari yang merokok, saya justru menganggap semua itu sama saja kok. Merokok dan tidak merokok itu pilihan pribadi semata-mata. Sehingga tidak ada yang istimewa di antara keduanya.
Merokok atau tidak merokok bagi saya sekarang ibarat orang mau makan nasi goreng atau nasi uduk. Tidak lebih dari itu. Oleh karena itu, maka prinsip menganggap enteng merokok atau tidak merokok bagi saya cukup manjur untuk membuat saya beralih ke pilihan tidak merokok. Sekali lagi, ini pandangan pribadi saya yang telah merokok selama 16 tahun dan telah berkali-kali berusaha untuk berhenti merokok dan selalu gagal.
Hanya dengan menganggap sepele dan enteng di antara merokok dan tidak merokok, saya bisa terus mempertahankan hari-hari tanpa rokok. Semoga saja kebiasaan ini bisa terus berlanjut, bukan karena kebiasaan baru ini lebih baik tetapi ini karena pilihan pribadi saya saja. Ibaratnya, setelah selalu makan nasi goreng, maka saatnya sekarang, saya akan makan nasi uduk. Cukup begitu saja.
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI