Terutama di bidang kehidupan sosial yang sarat dengan nilai, individu secara tidak sadar melihat perilaku atau pendapat mana yang diterima oleh orang lain, dan mana yang tidak.
Individu akan menghindari melakukan perilaku yang tidak diterima di depan umum dan akan tetap diam jika dia merasa opininya termasuk minoritas atau ia akan kehilangan dukungan massa yang lebih besar jika mengungkapkan opininya.
Berdasarkan pada ketiga konsep mengenai opini publik di atas, maka sebenarnya semua fenomena terkait polemik dan wacana-wacana politik yang berkeliaran di berbagai media, bisa dikategorikan ke dalam salah satu di antara ketiganya.
Apakah satu opini itu sebenarnya mencerminkan ungkapan personal individual yang mengacu pada privasi dan keyakinan dirinya? Sebatas apa kira-kira satu opini dianggap sebagai opini publik yang berasal dari pribadi tersebut?
Apakah opini itu berada di ranah politik sebagai hal yang diekspose dan dilemparkan oleh para elite masyarakat? Sejauh mana opini itu berdampak nyata pada setiap tujuan politik para elite?
Apakah hanya sekedar opini yang terpendam karena berusaha  untuk menghindari konflik di permukaan? Mengapa masih muncul sikap "memendam rasa" dari satu opini yang mestinya disuarakan di satu negara demokratis?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa dianalisis dan diurai satu persatu. Meskipun tidak harus dituliskan dalam satu waktu.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H