Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Konsep Opini Publik dalam Hiruk Pikuk Wacana Politik

10 Februari 2018   16:39 Diperbarui: 10 Februari 2018   17:51 3538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(cablefax.com)
(cablefax.com)
Opini publik ketiga dapat dipahami sebagai fenomena sosial, sebagai opini atau perilaku yang dilakukan masyarakat secara publik tanpa memicu ancaman sanksi negatif oleh anggota masyarakat lainnya.

Terutama di bidang kehidupan sosial yang sarat dengan nilai, individu secara tidak sadar melihat perilaku atau pendapat mana yang diterima oleh orang lain, dan mana yang tidak.

Individu akan menghindari melakukan perilaku yang tidak diterima di depan umum dan akan tetap diam jika dia merasa opininya termasuk minoritas atau ia akan kehilangan dukungan massa yang lebih besar jika mengungkapkan opininya.

(medium.com)
(medium.com)
***

Berdasarkan pada ketiga konsep mengenai opini publik di atas, maka sebenarnya semua fenomena terkait polemik dan wacana-wacana politik yang berkeliaran di berbagai media, bisa dikategorikan ke dalam salah satu di antara ketiganya.

Apakah satu opini itu sebenarnya mencerminkan ungkapan personal individual yang mengacu pada privasi dan keyakinan dirinya? Sebatas apa kira-kira satu opini dianggap sebagai opini publik yang berasal dari pribadi tersebut?

Apakah opini itu berada di ranah politik sebagai hal yang diekspose dan dilemparkan oleh para elite masyarakat? Sejauh mana opini itu berdampak nyata pada setiap tujuan politik para elite?

Apakah hanya sekedar opini yang terpendam karena berusaha  untuk menghindari konflik di permukaan? Mengapa masih muncul sikap "memendam rasa" dari satu opini yang mestinya disuarakan di satu negara demokratis?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa dianalisis dan diurai satu persatu. Meskipun tidak harus dituliskan dalam satu waktu.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun