Pemikiran ini bukan dalam rangka menghakimi dan menyudutkan pedagang. Banyak juga pedagang yang benar-benar peduli dan baik secara etika dan secara kemanusiaan terhadap konsumen. Bahkan banyak pula para pedagang yang saking tinggi kepeduliannya terhadap konsumen yang tidak mampu, mereka sampai menggratiskan dagangannya.
Mereka yang seperti itu bukanlah pedagang-pedagang yang masuk dalam cerita ini. Kita respek dan hormat dengan mereka itu semua. Mereka adalah tipikal pedagang yang bukan hanya mencari nilai tambah ekonomi semata-mata namun juga nilai tambah etika, moral, kemanusiaan bahkan nilai ibadah. Mereka layak dicontoh.
Pekerja
Di dalam kasus di atas, pekerja menempati posisi yang cukup sulit dan dilematik menurut saya. Karena dia sebenarnya merupakan bagian dari kita-kita selaku konsumen yang kebetulan profesinya menjadi pekerja. Dia tidak menghasilkan apa pun untuk dijual. Dia juga tidak menjual barang yang dimiliknya. Dia hanya melakukan apa yang diperintahkan untuk menjualkan barang milik orang lain.
Hanya saja, karena dia berada dalam kekuasaan pemilik dagangan, maka sebagai pekerja yang baik dia harus membela juragannya. Apabila dia tidak melakukan tindakan seperti itu, tentunya dia terancam kehilangan pekerjaan di mana dengannya dia menghidupi keluarganya sama seperti kita semua.
Di mana pun, posisi pekerja atau karyawan selalu saja berada di posisi yang tidak menguntungkan. Sejarah menunjukkan bahwa bentrokan antara pekerja atau buruh dengan majikannya sering menjadi isu nasional. Tidak cukup sampai di situ saja, saking pentingnya posisi buruh atau karyawan ini, banyak negara yang khusus membentuk partai buruh supaya menjadi wadah untuk menyuarakan aspirasi mereka.
Uni Soviet (sekarang Rusia) dulunya menganut sistem dan ideologi negara yang berpihak kepada kaum buruh dan pekerja dengan sistem sosialis komunisnya walaupun akhirnya sekarang tidak lagi. Tetapi ini menunjukkan betapa pentingnya keberadaan mereka dalam percaturan ekonomi nasional sebuah negara.
Di negara kita saja ada organisasi yang menghimpun eksistensi mereka. Bahkan dulu ada partai yang seolah beraliran dan berideologi seperti partai buruh di negara lain. Organisasi dan partai ini berusaha untuk memperjuangkan hak-hak dan nasib buruh dan pekerja ketika dihadapkan dengan kaum pemilik modal dan pemilik perusahaan.
Hadap-hadapan ini sampai menjadi ideologi dalam sistem negara dan ekonomi dunia yang kita kenal dengan sistem kapitalis dan sosialis. Pertarungan ini sampai sekarang pun masih tetap saja terjadi meskipun tidak seperti zaman tahun 90-an ke belakang sebelum runtuhnya Uni Soviet.
Fenomena nasional dan global ini menunjukkan bahwa mereka kaum pekerja dan buruh merupakan elemen masyarakat dan negara yang harus menjadi perhatian. Tanpa mereka tidak mungkin perusahaan bisa beroperasi dan bisa berproduksi. Kehadiran mereka dalam sistem ekonomi sama pentingnya seperti halnya konsumen.
Pedagang