Daya Tular Varian Delta
Varian delta atau yang diidentifikasi sebagai varian B.1.617.2 pertama kali terdeteksi di India. Melansir Hindustantimes.com, Varian Delta ini 97% lebih menular daripada varian awal atau varian asli SARS-CoV-2 saat pertama kali menyebar dari Wuhan ke seluruh dunia. Angka reproduksi Varian Delta pun disinyalir berada di angka 5.6-6.7. Artinya, setiap orang yang tertular varian ini, rata-rata akan menularkan ke 5-7 orang lainnya.Â
Hal ini sangat mengkhawatirkan. Karena jika tidak ada pembatasan interaksi dan mobilitas warga yang cukup kuat, varian ini akan menyebar dengan sangat cepat. Dengan begitu juga akan membunuh dengan sangat cepatnya. Berkaca pada fakta yang ada, dengan pembatasan sosial (PPKM Mikro) di Indonesia yang kian lemah dan inefektif menekan laju penularan yang ada, tanpa ada keraguan dalam pikiran penulis bahwa varian ini akan terus meluluhlantakkan sistem layanan kesehatan mulai dari daerah sampai tingkat nasional.Â
Lockdown Sebagai Solusi
Diketahui bahwa lockdown atau pembatasan sosial yang sangat ketat dalam berbagai spektrum penerapannya adalah langkah paling efektif, dalam usaha mengurangi tingkat penularan di masyarakat. Mobilitas masyarakat akan menurun drastis karena hanya sektor esensial saja yang boleh beroperasi dengan kapasitas yang juga terbatas, tempat hiburan dan tempat ibadah umum ditutup, restoran tidak menerima makan di tempat sama sekali, dan penjagaan ketat aparat di jalan untuk memastikan warga tetap di rumah kecuali keadaan yang memaksa. Dengan begitu interaksi individu di masyarakat akan menurun, pun juga dengan risiko penularan di masyarakat.
Sebagian negara yang mengalami peningkatan kasus akibat varian delta yang ditemukan di negara mereka pun mulai memberlakukan dan menimbang opsi lockdown untuk menekan laju penularan. Australia yang sebelumnya seakan bebas kasus penularan memberlakukan kebijakan lockdown selama 2 minggu di Wilayah Sydney akibat lonjakan kasus di sana. Selain itu Bangladesh pun memberlakukan nationwide lockdown atau lockdown secara nasional setelah kasus COVID-19 di sana meroket akibat kehadiran Varian Delta ini.Â
Walaupun bukan opsi paling efisien, bentuk pembatasan sosial ini tentu adalah yang paling efektif dalam membatasi penularan di masyarakat. Saat ini pun, Indonesia butuh efektivitas kebijakan pembatasan sosial yang tinggi, bukan efisiensi yang ditakar menggunakan hitungan ekonomi. Hal ini karena taruhannya adalah ribuan nyawa rakyat Indonesia. Jika kebijakan yang kurang efektif ingin dipertahankan, penularan yang ada akan terus meluas dan menghabisi puluhan ribu sampai ratusan ribu nyawa rakyat Indonesia. Maka dari itu, Pemerintah khususnya Pak Presiden Joko Widodo harus memilih opsi lockdown sebagai rem darurat yang akan menyelamatkan nyawa rakyatnya dibanding terus menerus mempertahankan ego politiknya!
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H