Ya, waktu operasional dipotong, maka potensi penularan di waktu tutupnya usaha akan mengecil. Namun bukankah penularan dapat terjadi kapan saja? Bukankah setiap interaksi sosial secara langsung akan menimbulkan risiko penularan? Bagaimana dengan sisa waktu operasionalnya? Potensi penularannya sama saja kok jika dilihat melalui perspektif waktunya.Â
Di sinilah terungkap bahwa pemerintah kehilangan poin penting dari usaha pencegahan penularan COVID-19, yaitu faktor perilaku masyarakat. Seharusnya Pemerintah juga melakukan usaha lebih untuk memperbaiki perilaku dan kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol 3M.Â
Grafik di atas menunjukkan bahwa kepatuhan masyarakat khususnya memakai masker cenderung menurun. Padahal inilah perilaku terpenting dalam pencegahan penularan COVID-19 yang jalur transmisinya lewat saluran pernapasan.
Inilah yang penting, perilaku masyarakat.Â
Penulis masih mendapati komentar warganet yang COVID-19 pessimist di berbagai media sosial. Padahal COVID-19 ini sangat nyata dan berbahaya. Ini menunjukkan upaya sosialisasi dan upaya edukasi yang dilakukan pemerintah belum berhasil. Atau malah belum menyentuh mereka yang "covidiot".Â
Pembatasan Mobilitas
Sebuah studi yang dipublikasikan di The Lancet menyebutkan bahwa mobilitas penduduk berkorelasi secara signifikan dengan tingkat pertambahan kasus COVID-19. Â Studi yang dilakukan dengan observasi data mobilitas penduduk dan pertambahan kasus di AS ini menyimpulkan bahwa perubahan pola mobilitas penduduk mempengaruhi penurunan kasus COVID-19. Artinya, mobilitas penduduk memiliki peran penting dalam pencegahan penularan COVID-19. Dengan mengurangi mobilitas penduduk, jumlah kasus bisa ditekan.Â
Apakah pelaksanaan PPKM membatasi mobilitas penduduk?Â
Kita belum mengetahuinya secara pasti. Jawabannya bisa iya dan tidak.