Kenangan buruk sejarah kesehatan di Hindia Belanda berkaitan dengan Flu Spanyol yang menyebabkan kematian banyak orang nampaknya tidak seheboh isu politik global. Negara dan media saat itu lebih tertarik mengikuti perkembangan Perang Dunia I beserta intrik-intrik politik global seperti aksi spionase dan sabotase dibanding melakukan revitalisasi sistem kesehatan untuk mengantisipasi penyebaran virus. Â Â Â Â Â Â
Dan hari ini kita menyaksikan pandemi global sejenis, Covid19. Ekonomi berhenti, manusia mengasingkan diri dalam ketakutan, para pekerja dirumahkan, kelaparan di mana-mana, serta bayangan runtuhnya sistem kesehatan akibat bertambahnya pasien Covid19.Â
Polemik seputar Covid19 menyiratkan bahwa sejarah kerap berulang dengan pola yang berbeda. Yang terpenting adalah bagaimana kita merespons dan mengantisipasinya. George Santayana menyatakan "those who do not remember the past are condemned to repeat it." Sejarah memang selalu menjadi guru terbaik dalam banyak situasi.
Daftar Pustaka
Â
Buku
Barry, John M. 2004. The Great Inuenza: The Epic Story of the Deadliest Plague in History. London: Penguin Books.
Brown, Collin. 1987. "The Inuenza Pandemic of 1918 in Indonesia", dalam Norman G.Owen(ed.), Death and Disease in Southeast Asia: Explorations of Social, Medical and Demographic History. Singapore: Singapore University Press.Â
Long, Derek R. 2008. The Spanish Lady "Forgotten": American Historical Memory and the Inuenza Pandemi of 1918-1919. Department of History: Middlebury College.
Arsip Kolonial
ANRI, Surat Dr. Flu kepada Dr. de Vogel tanggal 17 Desember 1919 nomor 1021/4, bundel Algemeen Secretarie.