Mohon tunggu...
mahasenduro
mahasenduro Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puisi Pisank Man

19 Maret 2019   20:54 Diperbarui: 19 Maret 2019   21:19 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau masih bisa memilih menu makanan, itu artinya belum pernah ikut balapan makan kerupuk. Ujian hidup harus dipahami seutuhnya sebab bukan berarti hanya rejeki itu sesuatu yang tampak melainkan ada rejeki yang tidak terduga-duga. Libur sekolah hari ini diisi oleh Pisank Man dengan belajar membuat kerupuk beras kepada pamannya. Hal ini untuk mengantisipasi dibutuhkan ketrampilan khusus di masa depan. Pisank Man langsung praktek dengan mengaduk adonan kerupuk beras,

"Paman, apa adonan ini bisa jadi kerupuk?." Tanya Pisank Man.

"Bisa Nak, asal jangan dikurangi atau ditambahi takaran adonannya. Paman sudah riset kerupuk selama bertahun-tahun, jadi jangan khawatir ya." Jawab Dr Talaz.

"Kenapa membuat kerupuk beras ini tidak semudah membuat puisi ya paman?." Tanya lagi Pisank Man.

"Loh membuat puisi itu sulit nak." Sahut Dr Talaz keheranan.

"Mudah paman, aku sering membuat puisi. Setiap padanan kata itu lebih hidup jika tertulis diatas kertas. Ada ruh yang masuk saat pena menggores lembutnya serat kertas itu." Papar Pisank Man.

"BWuuhhh... bilang apa kamu ini nak, wes tunjukkan ke paman mana puisi kamu. Sini biar paman yang mengaduk adonan kerupuk berasnya." Tegas Dr Talaz dengan mengambil loyang adonan yang dibawa Pisank Man.

dokpri
dokpri
Seketika Pisank Man bergegas untuk mengambil lembar demi lembar puisi yang ditulisnya.

Perkakas di desa tidaklah harus dengan barang mewah. Bisa saja seperti Pisank Man yang menulis puisinya dalam lembaran kertas yang kadang ada bercak minyak sisa bungkus jajan onde-onde.

Begitu membingungkan

Entah mengapa ada warna-warna dalam butiran embun

Mengapa ada suara merdu dalam gulungan badai

Menemukanmu, menemukan diriku

Sebelum aku tahu nelangsa

Detik yang berubah menjadi derita

Kusobek apa saja tirai penghalang

Aku pun bertemu rindu

Adakah yang tahu mengapa gula dan susu dapat menyatu

Sebab itulah cinta dalam secangkir kehidupan

Mengapa gelombang samudera sejalan dengan gunung yang menyuburkan

Sebab cinta bagian dari penyeimbang dunia

Mengapa burung bernyanyi sementara rumput menghijau

Sebab cinta melengkapi keindahan

Adakah yang tahu mengapa datang rindu di dalam hati

Sebab cinta mudah dicari dan bersembunyi

Kalau saja cinta dekat dengan mata uang palsu

Pastilah pecinta sejati tidak akan menemukan cinta

Sebab kejujuran tidak mau menyatu dengan dusta

Apa cinta harus begitu

Cinta bukanlah secangkir madu dalam gulungan kertas 

Cinta adalah cahaya

Siapa saja pasti memilikinya

Kutemukan kebenaran dalam ayat-ayat Tuhan

Ketulusan tidak pernah tidur di dalam kebimbangan

Kini matahari malu menyapaku

Awan berlari menutupi bayangan

Apa gunanya hidup disaat tidak mengenal kematian

Kalau kamu marah hati tertutupi dedaun kering

Mulutku terdiam, tanganku terikat

Jiwaku terbelenggu

Pernah jika suatu hari malam menjadi pagi

Aku hidup dalam lamunan

Kehampaan tiada akal dan nafsu

Disitu tidak ada tempat tinggal

Derai air mataku menggenggam sejengkal berlian tak berharga

Surga meninggikan derajat cinta diatas yang lainnya

Dr Talaz membaca puisi Pisank Man seakan sudah melintasi zaman. Bagaimana mungkin anak yang tidak mahir masak bisa menulis puisi. Ini artinya ada pergeseran psikologi tentang tahapan tatanan kehidupan yang baru. Bisa jadi inilah sejatinya manusia yang memiliki kodrat berbeda satu dengan lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun