Kalau masih bisa memilih menu makanan, itu artinya belum pernah ikut balapan makan kerupuk. Ujian hidup harus dipahami seutuhnya sebab bukan berarti hanya rejeki itu sesuatu yang tampak melainkan ada rejeki yang tidak terduga-duga. Libur sekolah hari ini diisi oleh Pisank Man dengan belajar membuat kerupuk beras kepada pamannya. Hal ini untuk mengantisipasi dibutuhkan ketrampilan khusus di masa depan. Pisank Man langsung praktek dengan mengaduk adonan kerupuk beras,
"Paman, apa adonan ini bisa jadi kerupuk?." Tanya Pisank Man.
"Bisa Nak, asal jangan dikurangi atau ditambahi takaran adonannya. Paman sudah riset kerupuk selama bertahun-tahun, jadi jangan khawatir ya." Jawab Dr Talaz.
"Kenapa membuat kerupuk beras ini tidak semudah membuat puisi ya paman?." Tanya lagi Pisank Man.
"Loh membuat puisi itu sulit nak." Sahut Dr Talaz keheranan.
"Mudah paman, aku sering membuat puisi. Setiap padanan kata itu lebih hidup jika tertulis diatas kertas. Ada ruh yang masuk saat pena menggores lembutnya serat kertas itu." Papar Pisank Man.
"BWuuhhh... bilang apa kamu ini nak, wes tunjukkan ke paman mana puisi kamu. Sini biar paman yang mengaduk adonan kerupuk berasnya." Tegas Dr Talaz dengan mengambil loyang adonan yang dibawa Pisank Man.
Perkakas di desa tidaklah harus dengan barang mewah. Bisa saja seperti Pisank Man yang menulis puisinya dalam lembaran kertas yang kadang ada bercak minyak sisa bungkus jajan onde-onde.
Begitu membingungkan
Entah mengapa ada warna-warna dalam butiran embun
Mengapa ada suara merdu dalam gulungan badai
Menemukanmu, menemukan diriku
Sebelum aku tahu nelangsa
Detik yang berubah menjadi derita
Kusobek apa saja tirai penghalang
Aku pun bertemu rindu
Adakah yang tahu mengapa gula dan susu dapat menyatu
Sebab itulah cinta dalam secangkir kehidupan
Mengapa gelombang samudera sejalan dengan gunung yang menyuburkan
Sebab cinta bagian dari penyeimbang dunia
Mengapa burung bernyanyi sementara rumput menghijau
Sebab cinta melengkapi keindahan
Adakah yang tahu mengapa datang rindu di dalam hati
Sebab cinta mudah dicari dan bersembunyi
Kalau saja cinta dekat dengan mata uang palsu
Pastilah pecinta sejati tidak akan menemukan cinta
Sebab kejujuran tidak mau menyatu dengan dusta
Apa cinta harus begitu
Cinta bukanlah secangkir madu dalam gulungan kertasÂ
Cinta adalah cahaya
Siapa saja pasti memilikinya
Kutemukan kebenaran dalam ayat-ayat Tuhan
Ketulusan tidak pernah tidur di dalam kebimbangan
Kini matahari malu menyapaku
Awan berlari menutupi bayangan
Apa gunanya hidup disaat tidak mengenal kematian
Kalau kamu marah hati tertutupi dedaun kering
Mulutku terdiam, tanganku terikat
Jiwaku terbelenggu
Pernah jika suatu hari malam menjadi pagi
Aku hidup dalam lamunan
Kehampaan tiada akal dan nafsu
Disitu tidak ada tempat tinggal
Derai air mataku menggenggam sejengkal berlian tak berharga
Surga meninggikan derajat cinta diatas yang lainnya
Dr Talaz membaca puisi Pisank Man seakan sudah melintasi zaman. Bagaimana mungkin anak yang tidak mahir masak bisa menulis puisi. Ini artinya ada pergeseran psikologi tentang tahapan tatanan kehidupan yang baru. Bisa jadi inilah sejatinya manusia yang memiliki kodrat berbeda satu dengan lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H