Allah berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 1 yang artinya:
“Hai sekalian manusia, bertakwalah pada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak, dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Dari sudut pandang falsafah, silaturahmi merupakan fakta bahwa manusia tercipta bukan untuk hidup sendiri. Ada dua kecenderungan pokok dalam diri manusia, yaitu perasaan kesepian dan ketidakberdayaan bila menjalani hidup sendiri serta perasaan bahagia dan dorongan untuk mencari bantuan dan pertolongan pada sesamanya. Adapun silaturahmi memiliki beberapa keistimewaan seperti meluaskan rezeki, ikhtiar untuk memperpanjang umur, hidupnya dikenang orang (terutama mengenai kebaikan-kebaikan yang dilakukan), dan mempererat tali persaudaraan dan kekeluargaan.
Berdasarkan beberapa penelitian, terbukti bahwa orang-orang yang merasa kesepian dan sendirian cenderung mati lebih cepat. Memang, perihal kematian hanya Allah Yang Maha Mengetahui, tetapi apabila dikaitkan dengan hadits riwayat Muslim di atas, maka silaturahmi dapat memperpanjang umur karena adanya kebahagiaan dan rasa kebersamaan dalam hidup. Kemudian, silaturahmi dapat mencegah hal-hal buruk seperti maksiat, perselingkuhan, permusuhan, dan kejahatan.
Silaturahmi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu bertamu, bergaul dan berteman dalam kebaikan, bertemu di suatu tempat yang baik seperti kajian ilmu, kegiatan sosial, dan lain sebagainya. Tentunya silaturahmi harus didasarkan pada tujuan yang baik, yakni beribadah pada Allah. Bukan untuk berghibah atau gosip semata. Di sisi lain, silaturahmi juga memiliki beberapa manfaat lainnya, seperti membangun kekuatan dakwah, membangun kekuatan ekonomi, dan mencegah kehancuran bangsa.
Apabila memang memiliki kendala untuk bertemu secara langsung (face to face) seperti pada masa pandemi covid-19, maka silaturahmi dapat dilakukan secara daring. Tetapi, harus diperhatikan pula kondisi psikis atau kejenuhan diri. Saat ini, banyak platform yang menyediakan dan mempermudah komunikasi seperti aplikasi-aplikasi video call, meeting, dan sosial media. Kemudian, apabila ingin bertemu secara luring ketika pandemi, dimohon untuk jaga jarak, cuci tangan, memakai masker, dan perhatikan kondisi kesehatan.
Terlepas dari pada ‘bagaimana melaksanakan silaturahmi yang baik dan benar’, ada satu hal yang lebih penting, yaitu tentang membangun, menjaga, dan meningkatkan kualitas hubungan dan tali persaudaraan itu sendiri. Kelak, nantinya hubungan itu kian menguat dan dapat menjadi suatu hubungan kemanusiaan.
PENUTUP
Manusia, meskipun dikatakan sebagai makhluk ciptaan Allah paling sempurna, nyatanya tidaklah sempurna. Imperfection makes us perfect. Benar-benar yang sempurna hanyalah Allah semata. Manusia adalah tempatnya salah, lupa, dan seringkali berkeluh kesah. Manusia memiliki kekurangan dalam dirinya. Kerap kali ketika timbul masalah, manusia cenderung merasa bingung, stres, dan kesulitan. Padahal, Allah telah jelaskan dalam Surah Al-Insyirah ayat 5-6, yang artinya:
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Ketika merasa stres yang sudah overload, kita mengalami kebingungan mengenai apa yang harus kita lakukan. Adapun brain dump dan silaturahmi adalah beberapa cara yang dapat diaplikasikan. Selain kedua hal tersebut, ada beberapa cara lain untuk menangani stres. Sebaiknya, cara-cara tersebut merujuk pada hal yang positif dan sehat, tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain, serta saat melakukannya kita merasa nyaman.