“Sure.” Aku tersenyum.
“Thank you, and see you later.” Wanita kecil itu kembali berlari ke ujung jembatan. Tempat di mana orang-orang berkumpul menyaksikan sulap jalanan.
“Cara apa lagi yang kamu lakukan, biar aku percaya kalau kamu itu bukan wanita aneh.” Celotehku kecil, sambil menahan tawa.
Sial. Celotehanku dijawabnya dengan tulisan aneh. Di dalamnya tertulis, “Masa lalu kamu adalah aku, kalau kamu menganggapku aneh. Maka, wajar kalau tadi kukatakan, kamu laki-laki bodoh. Karena selama ini kehidupanmu begitu aneh.”
Tak kuat menahan tawa, kulampiaskan semuanya pada malam.
“Dasar wanita aneh.” Tawaku, dan beranjak pergi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H