“Andai malam ini aku ditemani seorang wanita, mungkin akan terasa lebih indah.” Ucapku kecil.
“Jadi, tidak ada yang salah kan kalau aku berkata wanita lebih indah?”
Lagi-lagi aku dipertemukan dengan wanita asing itu, untuk yang kedua kalinya. Kali ini aku coba memberanikan diri, untuk berkata. Tidak seperti tadi, layaknya keledai. Aku hanya bisa diam dengan tatapan kosong.
“Siapa kamu?” Tanyaku.
“Aku wanita, dan kamu laki-laki.”
Jawaban busuk yang baru saja kudengar, keluar dari seorang wanita. Sungguh aneh. Wajahnya menatap hamparan lurus Nil. Tidak lama, dia membuang rokok yang dihisapnya, dan berbalik ke arahku.
“Ada yang salah dengan jawabanku tadi?” Tanyanya dengan nada lugu.
“Pasti. Kamu itu aneh, kita belum pernah bertemu. Tapi dengan santainya kau merusak acara malamku.” Nada bicaraku sudah tidak normal.
“Beberapa detik yang lalu, aku mendengar kata ‘aneh’ keluar dan disajikan untukku. Tidak usah munafik dengan keadaan kamu malam ini.”
“Maksud kamu apa?”
Pertanyaanku tidak dijawabnya. Dia hanya tersenyum. Lebih terkesan mengejek. Rasa-rasanya, aku tidak salah mengucap kata itu. Apalagi untuk wanita se-aneh ini. Perlahan, dia mendekat, lalu pergi begitu saja.