Delapan karya Seni Instalasi lainnya yang ditampilkan selama seminggu di taman-taman terbuka dalam benteng Fort Rotterdam semua ditampilkan dengan tema Leang-leang Spirit.
Leang-leang di Maros telah menjadi bukti sejarah peradaban, bahwa gambar lebih dahulu akrab dalam alam kehidupan manusia dibanding aksara.Â
Sebuah gambar dapat melahirkan seribu makna. 10 karya Seni Instalasi yang barusan digelar para seniman kota Makassar di benteng Fort Rotterdam melahirkan banyak intrepretasi dari para penyaksi apabila tanpa ada dialog langsung dengan pemilik karya.
Lihat misal, karya Ahmad Fauzi yang diberi judul Playing to the Moon. Seperti bentuk gerbang beranyam mozaik pelaminan-pelaminan pengantin adat di Sulawesi Selatan.Â
Apa kaitan dengan 'Leang-leang Spirit' yang kuat mengabarkan keperkasaan kehidupan manusia purba di gua-gua bukit karst. Penjelasan langsung dari Ahmad Fauzi yang akan membuat semua paham makna seseungguhnya dari karya instalasinya tersebut.
Faisal Syarif menampilkan 65 tiang mengelilingi tanaman hias. Setiap tiang terdapat semacam batu menggandol seukuran besaran bola tenis dan bola pingpong.Â
Beberapa penyaksi karya Seni Instalasi menyebut seenaknnya sebagai Sate Batu. Pada hal yang empunya karya memberi judul Ricilance. Memandangnya 'Sate Batu' itu ada nuansa khayal semacam bentukan batu-batu stalaktif dan stalagmit akibat pengendapan kalsium di gua-gua purba.
Tujuh peti kotak bermuatan pohon terbuat dari tempelen bermacam bekas bungkus makanan kemasan ditampilkan sebagai karya Seni Instalasi oleh Jenry Pasassan berjudul Penjaga.Â
Menjadi sarat makna lantaran terpajang berhimpit sejumlah Pohon Lontar, jenis palm purba yang menjadi ciri tanaman hias komplek benteng Fort Rotterdam.
Karya Haroen diberi judul Transformasi menggunakan dacron membentuk alat tradisional musik gesek Keso-keso dalam bingkai berbentuk kotak handphone.