Mohon tunggu...
Maftuhi Firdaus
Maftuhi Firdaus Mohon Tunggu... -

Ganggadata

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

LCGC, Strategi Pasar dan Kemacetan

13 September 2017   15:35 Diperbarui: 13 September 2017   16:16 4753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun data tersebut belum sempat diperbaharui oleh BPS, sehingga angka ril belum bisa diakses oleh masyarakat. Namun data acuan sementara bisa dijadikan pandangan atas jumlah kendaraan bermotor, jumlah kendaraan pribadi berpenumpang naik menjadi 13,5 juta, dari data kendaraan diatas sudah termasuk data kendaraan LCGC di Indonesia.

Data lain yang diunggah Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terakhir tahun 2014 terkait pembangunan jalan di Indonesia menunjukan pada tahun 2012 panjang jalan yang dibangun oleh Provinsi dalam akumulatif seluruh Provinsi menunjukan angka 53642 km. Data tersebut sama dengan data yang di ambil pada tahun 2013 dan 2014. Lalu jalan yang dibangun dalam kewenangan Kabupaten/Kota pada tahun 2012 menunjukan angka 409757 km. Terjadi peningkatan pada tahun 2013 menjadi 415788 km namun angka ini tidak berubah pada tahun 2014. Juga jalan yang menjadi kewenangan Negara pada tahun 2012 menunjukan angka 38570 km.

Angka ini tidak mengaami perubahan sampai tahun 2014, bahkan angka 38570 km ini sudah ada sejak tahun 2000. Bila kita menganalisis data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) ini dapat disimpulkan bahwa tidak adanya perkembangan dalam pembangunan jalan yang terjadi pada tingkatan Negara, Provinsi, sampai Kabupaten/kota. Sehinga volume kendaraan tidak sebanding dengan jumlah ruas jalan yang ada, hal ini lah yang mengakibatkan kemacetan diberbagai kota di Indonesia terkhusus bagi Ibu Kota Jakarta.

Perkembangan industri otomotif roda empat menunjukan peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahunnya. Hal ini menandakan bahwa bangsa Indonesia masih menjadi pasar yang sangat empuk untuk produk roda empat. Perusahaan otomotif asal Jepang, Korea, Amerika berbondong bondong mendirikan anak perusahaannya di negri ini, sampai sampai yang terbaru dan masih hangat adalah masuknya produk otomotif roda empat hasil produksi Malaysia dan China yang sudah mulai membangun pusat penjualan produk dan perbaikan di beberapa daerah secara masif.

Pertumbuhan yang signifikan ini berbanding terbalik atau kontradiktif pertumbuhan salah satu jenis transportasi publik yang sangat popular yakni kereta api. Data terakhir per Mei 2016 yang diperoleh dari Badan Pusat Satistik (BPS) dengan rute Jawa, Jabodetabek, Non Jabodetabek, serta Sumatra, menunjukan angka 30703 penumpang. Hasil yang sangat jauh bila dibaningkan dengan banyaknya angka pertumbuhan kendaraan bermobil pada data diatas.

Bulan sebelumnya pun menunjukan angka yang tidak membahagiakan yakni pada bulan Januari berada pada angka 28358 penumpang, bulan Februari berada pada angka 26511, bulan Maret berada pada angka 28617, dan pada bulan April berada pada angka 28434. Terjadi peningkatan jumlah penumpang memang terjadi dai bulan kebulan berikutya.

Namun secara kuantitatif angka itu tidak sebanding dengan tingkat angka pertumbuhan kendaraan bermobil secara ststistika. Lebih memilih kendaraan bermobil merupakan hal yang biasa terjadi di Indonesia, karena beberapa hal yang bisa menjadi pertimbangan. Namun itu bukan menjadi standing point dalam pembahasan ini.

Mari kita mulai membahas empat asumsi yang sudah diaparkan diawal pembahasan. Yakni pertama asumsi atas mobil murah adalah beberapa komponen yang dipakai dalam membangun mobil murah ini merupakan hasil produksi dalam negri. Lalu yang kedua adalah penghematan banhan bakar minyak dalam hal transportasi masyarakat. Yang ketiga adalah menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Serta yang keempat adalah mempercepat pertumbuhan perekonomian.

Pertama, dalam pembuatan komponen kendaran bermobil ini masih menggunakan hak cipta dari beberapa vendor besar dalam industri otomotif. Bukan diproduksi oleh bangsa sendiri dengan kewenangan dan kepemilikan hak pada bangsa Indonesia. Artinya komponen tetap dalam cengkraman asing, dalam negri hanya diberi kewenangan dalam merakit komponen demi komponen sampai kendaraan siap jual. Berbeda halnya bila block mesin dalam industri mobil murah ini dibuat dan dirancang sednriri oleh anak bangsa, mungkin akan berbeda cerita dalam jalannya mobil murah ini.

Yang kedua menyerap para tenaga kerja dalam negri, memang tidak bias dipungkiri bahwa industry otomotiv sebagai salah satu industry yang mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Terlebih dengan perluasan bisnis otomotiv ke daerah daerah sehingga perakitan mobil murah ataupun mobil lain perlu dipercepat dan diperbanyak unit nya pertahun. Itu tidak bisa dipungkiri lagi pada dasarnya.

Yang ketiga adalah penghematan konsumsi bbm, dengan diproduksinya mobil murah bukan berarti konsumsi bahan bakar minyak semakin berkurang. Dengan melihat data pertumbuhan kendaraan bermobil oleh BPS pada tahun 2014. Maka bukan tidak mungkin konsumsi bahan bakar minyak semakin bertambah dari hari kehari, karena produksi mobil murah ataupun mobil lainnya tidak pernah dibatasi jumlah unit prduksinya. Sama saja dengan tanpa moil murah rasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun