Mohon tunggu...
Muhamad Tajul Mafachir
Muhamad Tajul Mafachir Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Omdurman Islamic Univ

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Arsip "Tali Kutang"

2 Maret 2012   08:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:38 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dibawah kerumunan dzikir, nafsuNafsu itu bersandar

Bercecak, decak. menderu kencang, melesat sanggutSanggut

Berdesir semilir angin birahi menariNari

Melenglang jalang kan, semua pesona dan coret muka tetangga

Dalam kurun rentang, melintang. Bentangkan keakraban

yang lama pernah terasingkan.

Yang dulu pernah marjinal, Sekarang nafsu itu kembali binal

SenggotSenggot penistaan ini, masih berat terasa

Menelisik, jauh dalam bayang tentang masa silam

Menyisir dalam menyelam;

Pada sebuah pertemuan kesekian lacuran

Terbayang, NgiangNgiang kukenang,

apa itu yang kusebut tali kutang,

milikmu, sayang.

Dekap, kurengkuh penuh terasa ampuh

Ku remas renyuh, penuh terasa sayuh

Hingga, kajian iman yang kujagakan, perlahan runtuh,

oleh derau risau suaramu yang semakin mengaduh.

........................................

Sedemikian rupanya lah, kisah ini ku rekam,

dekat dipelataran masa silam.

dan, Kurasa dirinya yang sedari dulu terlelap

kian lambat mulai mendayu bangkit merapat,

hasratHasrat untuk melahapLahap.

Khartoum, 2 Maret 2012

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun