Anehnya saat merasa terganggu, ia terbang kemudian kembali lagi ke tempat ia semula. Karenannya Andy tak melepaskan kesempatan itu. Andy lalu mengganti senjatanya dengan lensa makro. Memotretnya lebih dekat. Sesekali ia mengganggunya, saat terbang ia memotretnya dengan tembakan betubi-tubi. Hingga akhirnya ia peroleh gambar yang berkualitas baik.
Sesekali ia memamerkan hasil bidikannya kepada saya. Penuh warna, gradasi warna merah berpadu coklat, putih, dan ungu, begitu elok. Paduan warna yang tak lazim.
Jika berminat menjumpainya secara langsung datang ke daratan Sulawesi. Jangan berharap si merah merona ini bisa Anda jumpai di belahan dunia lain. Itu keniscayaan.
Kita tak mungkin tega menghabisinya di alam demi keserakahan akan rupiah. Memenuhi hasrat kepuasan para kolektor.
Usaha menjaga eksistensinya tak cukup sampai di sana. Ia butuh asrinya hutan. Tempat berlindung dari segala marabahaya. Berlindung dari ekstrimnya cuaca, mengelak dari pemangsa, hingga sebagai tempat ia berburu makanannya.
Mari menjaga hutan. Bukankah dengan terjaganya hutan, manusia juga memperoleh manfaat darinya. Menyediakan air sepanjang tahun, udara sejuk, hingga bebas bencana: banjir, longsor.
Tentunya penghuni rimbapun ikut terjaga, termasuk si kupu-kupu bidadari, Cethosia myrina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H