Namanya kini abadi sebagai garis Wallace yang membatasi kawasan yang kerap disebut Wallacea. Ia mencatat kekagumannya saat pertama kali melihat si kupu-kupu ekor layang-layang, saat perjalanan kedua ke Makassar pada September1857.
Kala itu, Wallace mengunjungi air terjun Bantimurung, saat itu telah menjadi tempat wisata populer. Kupu-kupu Sulawesi yang paling langka adalah target utama pencarian Wallace. Dan ia menemukan banyak kupu-kupu di atas air terjun Bantimurung.
![Air terjun atas dengan sebuah telaga bernama](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/12/28/kassi-kebo-5c259f806ddcae63a25f1c28.jpg?t=o&v=555)
Salah satu kupu-kupu ekor layang-layang yang terbesar dan paling langka. Selama empat hari tinggal di air terjun, saya sangat beruntung memperoleh enam spesimen yang baik."
![Ekornya menjuntai. Saat terbang seperti ular-ularan, begitu khas. Foto:Taufiq Ismael](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/12/28/graphium-andro-fb-5c25a00dab12ae422d118ffa.jpg?t=o&v=555)
"Ketika makhluk yang indah ini terbang, ekornya yang putih panjang berkelip-kelip seperti ular-ularan. Dan ketika menetap di pantai, ia mengangkat ke atas seolah untuk melindunginya dari cedera."
Menurut Wallace, kupu-kupu ini sangat jarang ditemui. "Saya tidak melihat lebih dari selusin spesimen, dan harus mengikutinya naik dan turun tepian sungai berulang kali sebelum berhasil menangkapnya. Kupu-kupu ini memang lincah."