Namanya kini abadi sebagai garis Wallace yang membatasi kawasan yang kerap disebut Wallacea. Ia mencatat kekagumannya saat pertama kali melihat si kupu-kupu ekor layang-layang, saat perjalanan kedua ke Makassar pada September1857.
Kala itu, Wallace mengunjungi air terjun Bantimurung, saat itu telah menjadi tempat wisata populer. Kupu-kupu Sulawesi yang paling langka adalah target utama pencarian Wallace. Dan ia menemukan banyak kupu-kupu di atas air terjun Bantimurung.

Salah satu kupu-kupu ekor layang-layang yang terbesar dan paling langka. Selama empat hari tinggal di air terjun, saya sangat beruntung memperoleh enam spesimen yang baik."

"Ketika makhluk yang indah ini terbang, ekornya yang putih panjang berkelip-kelip seperti ular-ularan. Dan ketika menetap di pantai, ia mengangkat ke atas seolah untuk melindunginya dari cedera."
Menurut Wallace, kupu-kupu ini sangat jarang ditemui. "Saya tidak melihat lebih dari selusin spesimen, dan harus mengikutinya naik dan turun tepian sungai berulang kali sebelum berhasil menangkapnya. Kupu-kupu ini memang lincah."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI