Jadi, haruskah membangun sekolah favorit? Yang harus dibangun adalah sekolah-sekolah lanjutan agar seimbang dengan tingkat kelulusan di bawahnya sekaligus dengan memperbaiki kualitas alias mutu guru.
Sebab sekolah favorit sesungguhnya justru sekolah swasta semacam Regina Pacis di Bogor atau Al Azhar dan Tarakanita di Jakarta. Jadi ketika membandingkan sekolah favorit di USA dan Inggris harusnya dengan sekolah favorit swasta tersebut. Bukan dengan sekolah favorit negeri. Agar lebih apple to apple.
Paradigma Pemerataan
Kita percaya dengan memulai perbaikan pendidikan di tingkat dasar dan menengah, maka out put yang dihasilkan tentunya merupakan hasil saringan yang terbaik. Cream of the cream dari anak didik yang ada kala meneruskan ke jenjang perguruan tinggi.
Ada baiknya kita membuka mata dan belajar dari artikel yang ditulis Duta Besar Finlandia, Pekka Kaihilahti, juga di harian Kompas dengan judul: Merdeka Belajar, Merdeka di Masa Depan   Â
Sang Dubes menjelaskan bagaimana Finlandia sebagai negara kecil telah meretas reformasi sistem pendidikan seabad silam dengan senantiasa terus beradaptasi dan berkembang. Lewat potensi yang dibangun atas dasar lima prinsip:
- Kesetaraan, di mana setiap anak mendapat kesempatan yang sama, tanpa memandang asal-usulnya;
- Memupuk kepercayaan, di mana guru-guru dipercaya oleh masyarakat untuk menjalankan tugas mereka dengan kebijaksanaan pendidikan;
- Kebahagiaan,  sebab siswa  yang bahagia akan menerima ilmu dengan penuh semangat;
- Peran guru-guru yang berdedikasi sebagai titik sentral dalam pendidikan.
Semestinya paradigma yang digunakan ketika mengkritisi sistem zonasi adalah dengan membangun semangat pemerataan dalam kesempatan mendapatkan pelayanan pendidikan. Bukan malah dengan membangun kembali dikotomi antara anak yang pandai (sekolah favorit) dan tidak pandai (non sekolah favorit).