Perubahan pun terjadi juga pada tetangga dari etnis Tionghoa akibat kebijakan rejim Orde Baru lewat Keputusan Presiden Nomor 240 tahun 1967. Dengan berpola satu dan dua suku kata, nama-nama mereka berubah menjadi Suryajaya, Budi Gunawan, Candra Wijaya, Sintiawati, atau Lindawati.
Ada juga kisah menarik dari Generasi X ketika menamai anaknya. Situasi perang Iran-Irak yang disiarkan oleh TVRI lewat Dunia Dalam Berita akhirnya memunculkan nama Presiden Irak, Saddam Hussein dalam pola nama dua suku kata.
Termasuk penggemar fanatik Grass Rock pun menamai anaknya dengan nama sang vokalis, jadilah Muhamad Dayan.
Pola dengan dua suku kata menjadi umum hingga memasuki era Generasi Milenial. Bahkan nyaris tak lagi ditemukan nama dengan pola satu suku kata di akhir era Generasi X.
Meski tingkat pendidikan rata-rata masih terbatas hingga menengah atas, pergeseran nama di era Generasi Milenial cukup mencengangkan. Polanya tidak lagi dua suku kata, tetapi bisa tiga atau empat suku kata dengan nama-nama yang tak biasa.
Seperti telah diuraikan di atas, bahwa generasi ini tak bisa lepas dari gadget, maka kuatnya arus informasi turut memengaruhi dalam hal pemberian nama.Â
Meski hidup di kampung, mereka akan menggunakan akses itu untuk pemberian nama pada anak-anaknya. Maka muncullah nama-nama seperti Fadlan Aditya al Fatih, Muhammad Reihan Alvaro, Danial Arsalan Jasser Pahlevi, Bilqis Keisya Puteri, Sirren Aliya Noor, atau Azka Aqilla Qirani Wazdi.
Dan pola baru tersebut merata di semua etnis.
Akankah generasi berikutnya kembali membentuk pola baru dari nama-nama? Wallahualam.
Bogor, 23 November 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H