Mohon tunggu...
mad yusup
mad yusup Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menggemari nulis, membaca, serta menggambar

tinggal di kota hujan sejak lahir hingga kini menginjak usia kepala lima

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tentang Nama-nama dalam Lintas Generasi di Kampungku

23 November 2021   09:20 Diperbarui: 27 November 2021   15:15 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak-anak. (sumber: FREEPIK/JCOMP via kompas.com)

Perubahan pun terjadi juga pada tetangga dari etnis Tionghoa akibat kebijakan rejim Orde Baru lewat Keputusan Presiden Nomor 240 tahun 1967. Dengan berpola satu dan dua suku kata, nama-nama mereka berubah menjadi Suryajaya, Budi Gunawan, Candra Wijaya, Sintiawati, atau Lindawati.

Ada juga kisah menarik dari Generasi X ketika menamai anaknya. Situasi perang Iran-Irak yang disiarkan oleh TVRI lewat Dunia Dalam Berita akhirnya memunculkan nama Presiden Irak, Saddam Hussein dalam pola nama dua suku kata.

Termasuk penggemar fanatik Grass Rock pun menamai anaknya dengan nama sang vokalis, jadilah Muhamad Dayan.

Pola dengan dua suku kata menjadi umum hingga memasuki era Generasi Milenial. Bahkan nyaris tak lagi ditemukan nama dengan pola satu suku kata di akhir era Generasi X.

Meski tingkat pendidikan rata-rata masih terbatas hingga menengah atas, pergeseran nama di era Generasi Milenial cukup mencengangkan. Polanya tidak lagi dua suku kata, tetapi bisa tiga atau empat suku kata dengan nama-nama yang tak biasa.

Seperti telah diuraikan di atas, bahwa generasi ini tak bisa lepas dari gadget, maka kuatnya arus informasi turut memengaruhi dalam hal pemberian nama. 

Meski hidup di kampung, mereka akan menggunakan akses itu untuk pemberian nama pada anak-anaknya. Maka muncullah nama-nama seperti Fadlan Aditya al Fatih, Muhammad Reihan Alvaro, Danial Arsalan Jasser Pahlevi, Bilqis Keisya Puteri, Sirren Aliya Noor, atau Azka Aqilla Qirani Wazdi.

Dan pola baru tersebut merata di semua etnis.

Akankah generasi berikutnya kembali membentuk pola baru dari nama-nama? Wallahualam.

Bogor, 23 November 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun