Kearifan budaya perhatian, kepedulian, kini hadir laksana perekat anak bangsa dalam menghadapi pandemi sekarang ini. Perhatian untuk saling menjaga, melindungi, dengan kesadaran bahwa kita pun bisa kena. Bisa tertular dan menularkan. Kita bisa menemukan itu di kolom-kolom media sosial yang menyediakan diri untuk membantu mereka yang terkena musibah.
Setiap orang tentu ingin bahagia, tak ingin jatuh menderita. Namun keduanya pasti akan silih berganti hadir dalam kehidupan kita. Itu menunjukkan bahwa segala sesuatu (di dunia ini) tidak ada yang kekal.Â
Dalam segala segi apapun. Ketidakkekalan adalah inti dari keberadaan dunia ini. Kekekalan di dunia ini hanyalah ketidakkekalan itu sendiri.
Jeratan keinginan
Kesadaran akan ketidakkekalan bagi sebagian orang tetap masih tertutupi anggapan dan keinginan bahwa itu hanya berlaku bagi orang lain. Hanya cocok untuk orang lain. Maka muncullah perilaku yang tidak simpatik, tidak peduli, sombong, hingga mencari kesempatan di balik musibah pandemi ini.Â
Ada yang korupsi dana bantuan. Menimbun obat-obatan, tabung oksigen. Komersialisasi dan penipuan. Bahkan menebar hoax. Perbuatan mereka ini jelas menggambarkan bahwa sebagian dari kita telah buta nurani dan penolakan akan arti ketidakkekalan.
Jeratan nafsu, keinginan, yang meninabobokan itu seperti pepatah, bagai meminum air lautan. Yang semakin diminum akan semakin haus. Karena keinginan itu tak mengenal batas.
Mereka lupa. Kalau  ingin senang, bahagia. Orang lain pun punya keinginan yang sama. Kita tak ingin disakiti, maka jangan menyakiti orang lain. Dengan berbuat korup,menimbun, menebar hoax, itu adalah perbuatan yang menyakiti orang lain.Â
Harusnya itu menjadi pembelajaran untuk memperbaiki keinginan. Perlu kesungguhan dan mengubah pola komunikasi kita dengan pemahaman akan ketidakkekalan. Yakni dengan menyadari dan menerima kenyataan sebagai konsekuensi keberadaan kita. Pandemi mengingatkan itu dengan 'mengambil' orang-orang di sekitar kita.
Bogor, 13 Juli 2021 Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H