“Kita akan segera berte—”
“AWAS!”
Sontak aku mendekapnya kuat hingga terdorong jatuh. Pasir-pasir tanah beterbangan akibat tubuh kami yang terhempas. Setelah bertahun-tahun lamanya, aku baru merasakan sakit di sekujur tubuh. Aku mewujudkan diri.
Ia terbelalak. Sesaat sebelum tubuh ini menghilang, kami bersitatap.
***
“Tak ada pengampunan dari Tuhan. Perbuatanmu sungguh terlaknat.”
Aku menarik napas tertahan.
Sidang luar biasa digelar tidak lama berselang kejadian di pematang sawah. Bukan perkara sulit mengumpulkan para malaikat ke tempat ini dalam satu waktu. Kecepatan yang sama sekali tidak bisa ditakar oleh kemampuan manusia.
“Tuhan memberikan kuasa penuh kepada forum untuk menjatuhkan hukuman pada makhluk ini.” Ucap Tama selaku ketua sidang. Ia memandang rendah padaku, menyebut namaku pun ia tidak sudi. “Makhluk yang sudah tidak pantas disebut malaikat.”
Gadis itu seharusnya mati di rel, tetapi akulah yang menyelematkannya. Dan, mengubah takdir manusia memang merupakan pelanggaran berat.
Tidak ada istilah kawan ketika terjadi hal seperti ini, seolah waktu yang telah kudedikasikan seluruh hidupku pada tugas mulia dari Tuhan bersama para malaikat lainnya tidak berarti.