Condong di bidang seni bukanlah suatu kelebihan yang dapat dibanggakan bagi sebagian orang, mungkin sekarang saya bisa tos online dengan Ishaan karena memliki 1/4 lingkungan yang sama (mungkin). Entahlah saya pun juga tidak tahu, itu hanyalah sebuah dugaan tanpa metode penelitian hehe.
Anak pintar itu ada waktunya. Tidak selamanya berbeda itu tak sama. Nyatanya berbeda tetapi tetap sama pun juga ada. Ingin contoh? Baik.Â
Begini, anak yang memiliki kesulitan membaca dan menulis akan tetap bisa membaca dan menulis seperti anak pada umumnya, meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama. Cukuplah waktu saja yang membedakan keduanya, jangan diperluas, takutnya akan memperkeruh tingkat kepercayaan diri anak.
Kognitif anak akan main dan terus berkembang seiring berjalan nya waktu. Bahkan seiring tahapan kognitif dilalui setiap anak akan mengantongi minat dan bakat masing-masing. Adanya keluarga di sini untuk bantu mengembangkan dan memfasilitasi serta mendukung penuh bakat dan minat anak. Mengapa?
Karena keluarga (terlebih orang tua) adalah sumber kepercayaan diri seorang anak, sumber semangat anak. Kalau diibaratkan, dukungan orangtua adalah pondasi bangunan, sedangkan anak adalah susunan-susunan batu bata yang akan terus dibangun hingga menjadikan sebuah rumah yang indah nan nyaman.
Ngomong-ngomong soal bakat dan minat, apa itu bakat dan minat? Â
Sederhananya sih, minat adalah ketertarikan anak pada sesuatu. Sedangkan bakat adalah kemampuan yang melekat pada setiap orang yang dapat dikerjakan dengan waktu yang singkat dengan hasil yang sangat baik.
Bakatku memiliki berbagai macam jenisnya, seperti bakat verbal, mekanik, abstrak, skolasi, numeral, bahasa, dan lain-lain. Nah. Ini yang menjadi PR buat para orangtua, yaitu berhati-hati dalam melihat bakat anak. Why?
Karena bakat adalah sesuatu yang cenderung sulit untuk dilihat dan tidak mudah dikenali berbeda dengan minat yang mudah dilihat dan dikenali. Oh iya, minat di sini dikatakan oleh beberapa ahli dipengaruhi oleh lingkungan nya.
Nah, dari sini pun sudah terlihat sangat kentara bahwa tidak ada anak yang bodoh, nilailah manusia secara autentik. Ingat, tidak ada manusia bodoh, selama kognitfnya masih berfungsi tidak ada kata berhenti untuk belajar. Kita menjalani hidup ini saja sudah dikatakan belajar, iya belajar dari pengalaman.
Mengambil nilai-nilai dari hasil nonton film atau baca buku juga bisa dikatakan belajar. Dengan menjadi manusia pun kita juga sudah belajar, bagaimana cara memanusiakan manusia. See, belajar itu bisa di mana saja dan kapan saja.