Mohon tunggu...
Asma Lajoa
Asma Lajoa Mohon Tunggu... -

Makassar-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(FSC) Cinta Tak Sampai

13 Agustus 2011   22:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:49 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Melewati hari bersamanya adalah saat-saat paling indah dalam hidupku. Aku sedemikian gelisah jika tak jumpa dengannya. Dia seperti sinar rembulan yang sinarnya menerangi senyumku, dia seperti awan biru cerah mengiringi langkahku, dia seperti lagu yang berdendang penghantar tidurku dan dia seperti doa yang berharap dalam gelisahku. Aku hanya gadis yang sunyi, yang ceria jika bersamanya.

Seiring waktu, kami akhirnya lelah membisu. Lelah mengusung persahabatan, begitu selalu kami artikan hubungan itu, padahal dalam dada kami ada gemuruh terpendam. Aku tahu dari sinar matanya yang memantul diretinaku, aku tahu fibra di hatinya bergelombang menyetrum jantungku. Tapi mengapa kami gagu layaknya seorang bisu. Apakah ada rumus baru bahwa cinta membuat orang tiba-tiba terdiam gagu , kaku dan layu...?


Sebenarnya, ada satu hal yang membuat aku ragu dan takut , yakni kecewa. Beberapa gadis-gadis cantik disekelilingnya.Menurut naluri dan nalarku mereka sama jatuh cinta padanya, kekasih dalam hatiku, bunga mimpiku. Berhubung wajahku pas-pasan cenderung manis kayak kue lapis tapi aku hanya gadis yang sunyi , yang tak tahu bagaimana mengekspresikan cinta.


Satu-satunya jalan keluar yang aman dari memendam rasa yang tidak enak ini adalah membunuh cinta. Yahh aku harus memenjarakannya, menjinakkannya dan menidurkannya dalam kematian dengan nisan yang bertuliskan “Cinta Tak Harus Memiliki “. Begitu gegap gempitanya tekadku. Tapi kok nyess yah…duuh !


Aku tak ingin lagi terperangkap dengan rasa yang tak karu-karuan ini. Rasa yang tak jelas sahabat atau kekasih. Mengaku sahabat tapi hatinya kekasih. Merasa kekasih tapi kok tidak mengaku sih !


Dan waktu benar-benar berlalu dengan misterius dan janggal. Serta takdir yang tak pernah tuntas. Seperti menggantung kerinduan di langit yang tak bertepi, sewaktu-waktu turun ke bumi lewat mimpi dan mengendap lewat sekat-sekat yang bisu. Tapi seperti perjumpaan yang nyata, mimpi itu bicara- “aku bahagia bersua denganmu di sini, di mimpi ini”. Pada ruang jaga, kutemukan pipiku merona dan dadaku membuncah bahagia.

Di senja yang ranum, kudapati sampul coklat dengan stempel cap pos tergelatak di meja rias kamarku. Sampul coklat berisi undangan pernikahan, dibalik undangan ada tulisan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun