Pernyataan tersebut mengakhiri debat Memet dengan teman-temannya. Memet tidak peduli kalau teman-temannya meng-unfriend nya, sampai ia dikirimi paket oleh teman-temannya. Betapa kagetnya setelah dibuka ternyata isinya kain kafan.
"Ini sama saja nyumpahin gue biar cepat mati. Sialan elu semua." bathin Memet.
Namun dalam hatinya, Memet mulai ragu apakah betul dia sudah kehilangan ghirah.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 malam lewat namun Memet belum bisa memejamkan mata. Laptop masih menyala walaupun matanya sudah sepet minta istirahat. Namun masih banyak pekerjaan kantor hari itu yang belum terselesaikan. Ia berniat menyelesaikan proyeknya, karena besok tanggal 14 November katanya ada supermoon, peristiwa yang belum tentu bisa disaksikan lagi selama sisa hidupnya, Memet bertekad menyaksikan fenomena alam langka ini bersama istri dan anaknya. Ia berdoa supaya cuaca cerah. Untuk menghalau kantuk dan mumet, Memet menyalakan TV, dan mencari saluran berita. Berita tadi siang membuatnya tercengang.
Api yang besar menghanguskan daging balita di rumah Ibadah,
Lama ia tak bisa berkata-kata hanya termenung di depan TV.
Tiba-tiba, badannya terasa sangat sakit, sekujur tubuhnya pegal-pegal dan kaku.Betapa kagetnya Memet ketika menyadari kain kafan hadiah teman-temannya sudah melilit di tubuh Memet. Memet tercekik dan tidak bisa bernafas. Ia meronta mencoba membebaskan diri namun kain kafan itu semakin erat melilitnya. Mungkin teman-temannya benar, Memet telah kehilangan ghirah maka sekarang kain kafanlah yang paling cocok buatnya. Memet pasrah, ia tidak lagi meronta, sebelum kesadaran hilang Memet menangis, ia menangis karena tidak bisa menyaksikan supermoon bersama istri dan anaknya. Ia sesegukan dan ubuhnya teguncang-guncang dengan hebat …..
“Mas, bangun mas!” Tubuh Memet diguncang keras oleh istrinya.
Memet terbangun dengan kagetnya, tubuhnya basah bercucuran keringat, ternyata ia jatuh tertidur dan bermimpi dililit kain kafan, ia begidik.
Ia tidak bisa tidur kembali.
***