"Hari ini, harga diriku mencegahku untuk lari dari medan laga. Dan rencana di dalam kepalaku bukan hal yang menjijikkan."
Sayyidina Ali terus membaca Syairnya hingga bait,
...
"Dia menyembah batu (berhala) karena kebodohannya, dan aku menyembah tuhan Muhammad dengan kebenaran."
Selepas itu Sayyidina Ali kembali menuju barisan dengan tenang dan wajah berseri. Lalu Sayyidina Umar berkata kepada Sayyidina Ali, "Wahai Ali. Apakah kamu berhasil menjarah baju zirahnya? Sungguh itu adalah zirah terbaik di Arab." Sayyidina Ali menjawab, "Aku menyabetnya dengan pedang, kemudian dia menunjukkan kemaluannya. Aku malu kepada anak pamanku (Rasullah) untuk menjarah zirahnya."
Tak lama setelah tumbangnya 'Amr, salah seorang Kafir Quraisy mendatangi Rasulullah saw hendak membeli jasad 'Amr seharga sepuluh ribu dirham. Akan tetapi, Rasulullah saw menolak uang tersebut. Rasulullah saw memberikan jasad 'Amr bin Abdi Wud secara cuma-cuma seraya berkata, "Ambillah jasadnya, itu milik kalian. Kami tidak memakan harta (tebusan) orang mati."
Dari kisah tersebut kita bisa beajar keberanian layaknya Sayyidina Ali. Berbekal ketakwaan dan kebenaran, Sayyidina Ali tidak gentar meskipun harus berhadapan dengan siapa pun. Selain itu, sikap ngeyel Sayyidina Ali kepada Rasulullah saw juga patut kita tiru. Sayyidina Ali tetap berusaha menggapai keinginannya untuk bertarung meskipun terus saja gagal karena Rasulullah saw terus mencegah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H