"Sebab pukulan (sayatan) yang amat lebar, yang senantiasa disebut dalam peperangan."
'Amr lalu bertanya, "Siapa kau?". Sayyidina Ali menjawab, "Aku Ali". 'Amr bertanya lagi, "Putra Abdi Manaf?" Sayyidina Ali kembali menjawab dengan tegas, "Aku Ali, putra Abi Thalib."
Mengetahui hal itu 'Amr terkejut. Dia memandang rendah Sayyidina Ali seraya berkata, "Wahai putra saudaraku, di antara paman-pamanmu siapa yang lebih dewasa darimu? Sesungguhnya aku benci untuk mengalirkan darahmu (karena masih muda)."
Namun, Sayyidina Ali dengan tenang malah menjawab, "Tetapi tidak denganku. Demi Allah, aku sama sekali tidak segan untuk mengalirkan darahmu."
Mendengar hal itu 'Amr marah. Dia turun dari kudanya au menghunuskan pedangnya dengan kobaran amarah kepada Sayyidina Ali. Sayyidina Ali menghadapinya dengan tameng.
'Amr mengayunkan pedangnya dengan keras. Sayyidina Ali menahannya dengan tameng, tetapi tameng tersebut sobek. Pedang milik 'Amr berhasil melukai kepala Sayyidina Ali hingga sobek dan darah mengalir dari luka tersebut.
Dengan darah mengalir di wajah, Sayyidina Ali membalas serangan tersebut. Sayyidina Ali mengayunkan pedangnya dan menyabet pundak 'Amr hingga dia tumbang. Keduanya bergumul di dalam kemelut berbalut debu yang beterbangan.
Setelah itu terdengar suara takbir penanda kemenangan Sayyidina Ali. Pasca hilangnya debu yang beterbangan, terlihat Sayyidina Ali masih berdiri gagah. Sayyidina Ali kemudian membaca syair,
...
"Apakah kepadaku kau menghina pendekar? Kabarkan kepada para sahabatku,"
...