"Apa ajalah, terserah pean."
Aku sebenarnya dari awal masuk, sudah menahan grogi. Beberapa menit kemudian, Putri membawa satu nampan pesanan, dada dan paha atas, dan dua gelas minuman sejenis cocacola.
Setelah menawariku sepiring dada dan nasi, dia duduk di hadapanku.
"Bismillah ajalah" kataku dalam hati, "semoga pertemuan ini menjadi awal yang baik."
Kuatur cara bicaraku, sebelum ngobrol dan mengenal lebih lanjut dirinya. Sambil memandang wajah putri aku mencoba berdoa dalam hati.Â
Putri tersenyum, memandangiku yang sedikit kikuk. Aku diam, putri juga diam. Masing-masing mulai ada perasaan yang aneh. "Malu bertanya sesat dijalan," kataku dalam hati. Pada kondisi seperti itu, aku memberanikan diri untuk mengawali obrolan. Kubaca basmalah lagi dalam hati.
"Emm.., baru pulang sekolah!"Â
"Sudah jam 3 tadi, aku pulang dari sekolah. Tadi ada janji sama orang Yamaha, melengkapi surat-surat yang kemarin kurang."
"Beli sepeda lagi?" Tanyaku
"Iya, sepeda yang kupakai ini buat ayahku. Dan aku beli baru."