Di Ujung Waktu; 8 Miliar ManusiaÂ
Oleh: M. Abd. Rahim
***
Setelah ibuku menikah, Pak Khoirul Anam kini telah resmi menjadi bapakku maka aku panggil dengan sebutan bapak. Mereka berencana ingin mempunyai dua anak saja. Berdasarkan informasi dari kompasiana di tahun ini populasi manusia sudah mencapai 8 miliar manusia. Wacana tersebut, membuat ibuku ingin mempunyai dua anak saja dan berpikir ulang kalau ingin mempunyai anak yang banyak.Â
"Orang dulu mempunyai 12 anak, tambah sukses hidup keluarganya Bu!" Bapakku menyangkal karena ingin punya anak banyak
"Banyak anak, banyak rezeki" Katanya lagi
Rasulullah dalam hal ini menganjurkan agar mempunyai anak banyak. Beliau bersabda:Â "Nikahilah perempuan yang pecinta (yakni yang mencintai suaminya), dan yang dapat mempunyai anak banyak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu dihadapan umat-umat yang terdahulu."
"Oya Bu, mulai sekarang tinggal di rumahku ya, bersama Radit juga. Agar Kris punya teman di rumah!" Pinta bapak baruku
Aku menuruti Ibu
"Akhir bulan ini habis kan masa kontrakannya!" Bapakku memastikanÂ
"Ya biar pengeluaran biaya kontrakan bisa ditabung buat kuliahnya Radit." Katanya
"Mulai sekarang kita berusaha menyeimbangkan pengeluaran dengan kebutuhan anak kita. Jangan sampai keluarga kita nanti, SDMnya rendah karena kekurangan biaya."
"Njih Mas" Kata Ibuku
Urusan anak menurutku, itu urusan Tuhan. Dan populasi manusia 8 Miliar ini merupakan kun fayakun dari Allah SWT. Tidak perlu memikirkan hal yang belum tentu terjadi. Rezeki sudah di atur oleh Allah, dan semua makhluk hidup akan diberi rezeki, begitu juga yang tidak kasat mata diberi rezeki oleh-Nya.
***
Di sebrang sana, ada sepasang kekasih yang baru menikah ingin langsung mempunyai anak. dan yang sudah dua sampai lima tahun lebih menikah tapi belum dikaruniai anak, mereka ada yang malu. Mereka berusaha sekuat tenaga agar mempunyai anak, walaupun menelan biaya yang tidak sedikit.
Di ujung waktu yang telah berubah. Merubah dunia semakin canggih, serba online, serba digital, dan semua akan dikendalikan robot. Kehamilan bisa direncanakan dan diprogramkan. Begitu juga menanam benih laki-laki ke dalam rahim sang istri, merupakan suatu cara untuk mendapatkan momongan.
Ketika sudah berhasil hamil, dan melahirkan. Apakah si jabang bayi, menjadi masalah dan terkena pasal kemanusiaan. Zaman dulu, pernah ada seorang keluarga yang mempunyai anak terus menerus sampai enam kali melahirkan. Sepasang istri tersebut dicari oleh petugas desa dipaksa untuk KB.Â
Di ujung waktu, kini banyak hutan dan sawah terbangun gedung pencakar langit, dan terbangunnya tempat-tempat hiburan. Tentunya mereka akan membuka lapangan pekerjaan bagi gedung barunya.
***
Enam bulan berlalu...
Di rumah baruku, Aku, Ibu, Bapak dan Mas Kris duduk di ruang tamu.
"Ayah kan sudah mempunyai anak dua, saya dan Radit" Kata Mas Kris
"Sebelum aku lulus dari sekolah kumohon jangan punya adik dulu!" Mas Kris ngotot
"Hush, kamu ini seperti tak punya iman saja!" Bapak memarahi kami, khususnya Mas Kris.
"Gerak gerik manusia, kita bernafas, mengalirnya darah dalam tubuh, detak jantung dan seluruh anggota tubuh yang begitu komplek, atas izin Allah mereka bisa bekerjasama demi kelangsungan hidup manusia." Bapak berkata lebih bijak dan agamis.
"Bila ibumu belum mengandung dalam satu tahun ini, kami akan program hamil." Izin bapak kepada kami
Walaupun di keluarga baru Pak Anam, sudah ada dua anak, Radit dan Kris. Mereka akan menginginkan keturunan dari pernikahan mereka, selama hidup sampai mati. Seharusnya hidup dinikmati dan disukuri dari Sang Pemberi Hidup.
Di ujung waktu 8 miliar manusia ini, pasti diantara meraka ada yang meninggal dunia. Kematian adalah pasti, Allah Maha Tahu segalanya. Dan bumi ini akan dijaga-Nya tetap seimbang. Seimbang dari segala aspek yang dibutuhkan. Bila di ujung waktu adalah kematian 8 miliar manusia, terjadilah kiamat dan menjadi keimanan di dalam dada.
***
Surabaya, 19 November 2022
Naskah ke-21, tantangan dokjay menulis 30 hari di KompasianaÂ
***
Silahkan Baca Juga Naskah Sebelumnya:
Naskah ke-1 : Guruku Adalah Orang Tuaku
Naskah ke-2: Sekolahku Adalah Surgaku
Naskah ke-3: Satu Visi, Satu hati
Naskah ke-4: Tragedi di Warung Pak Sugi
Naskah ke-5: Doa Bersama Untuk Para Guru Indonesia
Naskah ke-6: Ibu dan Guruku Melarangku Pacaran
Naskah ke-7: Madu Guru, Buah Manis Cita-cita Siswa
Naskah ke-8: Teman Kerja Adalah Guruku
Naskah ke-9: Berguru pada Pangeran Diponegoro
Naskah ke-10: Berguru pada Sunan Kalijaga
Naskah ke-11: Si Kebaya Merah
Naskah ke-12: Kangen Masakan Ayah
Naskah ke-13: Guruku Inspirasiku, Karenamu Ada Toko Online
Naskah ke-14: Berkah Digitalisasi Warung Pak Sugi
Naskah ke-15: Cinta Bersmi, Kembali dari Tanah Suci
Naskah ke-16: Cinta Segitiga
Naskah ke-17: Ledakan Itu, Melukai Dua Hati
Naskah ke-18: Hubungan Terlarang
Naskah ke-19: Guruku Adalah Obat Hatiku
Naskah ke-20: Ibuku Awet Muda, Apa Rahasianya?
Naskah ke-21: Di Ujung Waktu; 8 Miliar Manusia
Naskah ke-22: Solusi Bau Badan Menjadi Teladan
Naskah ke-23: Berguru Pada Elon Musk
Naskah ke-24: Hujan Di Akhir Bulan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H