Mohon tunggu...
M Abd Rahim
M Abd Rahim Mohon Tunggu... Guru - Guru/Dai
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

GPAI SMK PGRI 1 SURABAYA, Ingin terus belajar dan memberi manfaat orang banyak (Khoirunnas Anfa'uhum Linnas)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hubungan Terlarang

17 November 2022   20:27 Diperbarui: 18 November 2022   16:23 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri/Diolah dengan canva.com

Hubungan Terlarang

Oleh: M. Abd. Rahim

***

Teman-temanku sekelas sudah pulang, begitu juga Irine. "Semoga dia tidak kenapa-napa" Doaku menghawatirkan dia. 

Ibuku masih menemani Pak Anam, Mas Kris, Pak Haji Nasrul dan Istrinya. Begitu juga Mbak Clarissa mereka masih berkumpul di ruang tamu. Ibuku menjamu seadanya, air putih dan teh hangat. Malam itu, bulan menampakkan cahayanya. Aku dan Dea mengobrol sendiri di depan rumah. Sesekali Aku meminta maaf kepadanya atas kejadian barusan. Aku khawatir hubunganku hanya seumur jagung 

"Maafinku ya Dea. Jangan ngambek, manisnya hilang loh!" Aku meminta maaf sambil menggoda dia, agar tersenyum lagi. Dari luar kami mendengar pembicaraan mereka.

Baca juga: Cinta Segitiga

"Bagaimana kelanjutannya Pak Anam dengan Ibu" Tanya Pak Haji

 "Saya terserah ibu Nur mawon!" Jawab Pak Anam

Mas Kris tersenyum karena akan mempunyai Ibu lagi.

"Tidak dibersamakan saja pernikahannya dengan Radit!" Pak Haji menawarkan agar Dea putrinya menikah dengan anaknya, Radit.

"Radit masih sekolah Abah, baru kelas XII!" Bu Nur menolak

Pak Haji Nasrul ingin menyegerakan pernikahan anaknya, karena zaman sekarang banyak perempuan yang kehilangan kesuciannya. Pak Haji juga merasa sudah tua, ingin segera menyaksikan kebahagiaan anak putri satu-satunya. 

Pak Haji sangat khawatir kalau usia remaja putrinya, hanya dibuat permainan oleh laki-laki yang tidak tanggung jawab. Beliau melihat pribadi Radit yang agamis, pekerja keras dan tangguh jawab. Di matanya hanya Radit yang cocok untuk putrinya.

"Ya baiklah Bu, nak Radit setelah lulus sekolah nanti kunikahkan dengan Dea!" Pak Haji menyerah.

"Njih Abah, mohon bimbingannya jikalau Radit bermain di rumah Abah!" Ibuku menerima perjodohanku dengan Dea.

Malam semakin larut, mereka semua izin pulang. Mereka menjabati salam kepada ibuku, ketika ibuku menatap jelas wajah ayu Dea mendapati kejanggalan ada tanda hitam di bawah bibir Dea. Sepertinya ibuku mengenal tanda tersebut.

"Berhenti dulu nak Dea, apakah kamu lahir di rumah sakit Hasanah?" Tanya Ibuku

"Njih Bu, Dea lahir di rumah sakit Hasanah." Ibu Dea menjawabnya

"Radit juga di Hasanah, kami 7 hari di sana!"

Ibunya Dea terheran, kemudian terhenti.

"Mohon ibu berkenan duduk lagi, ada hal yang penting untuk dibicarakan!" Pinta ibuku

Aku keheranan dan bingung, kenapa Ibuku mengajak keluarga pak Haji kembali duduk.

"Mohon ceritakan, memangnya ada masalah apa? Teriak pak Haji

"Mohon maaf pak Haji, nak Dea pernah saya beri ASI ketika ibu masih dirawat di ruang operasi. Waktu itu tengah malam, bayi Dea kehausan. Saat itu, di rumah sakit tidak ada persediaan susu. Saya melihat suster mondar-mandir mencari bantuan. 

"Ibu bisakah minta tolong untuk memberi ASI pada si jabang Bayi!" Pinta suster kala itu

"Aku mengikuti arah jalan suster tersebut." Kata Ibuku "Kala itu pak Haji keluar mencari susu. Bayi Dea kehausan, menangis terus. Atas permintaan suster Aku memberi ASI pada Dea."

"Astaga, itu kamu Bu Nur!" Sahut pak Haji

"Saat itu Aku mencarimu, kata suster kalian udah pulang dari rumah sakit. Berarti Dea dan Radit hubungannya tidak bisa dilanjutkan." Teriak pak Haji

"Kenapa Abah?" Tanya Dea. "Saya sudah terlanjur suka sama Mas Radit, bah!" Dea meneteskan air mata begitu deras.

Air mataku juga mengalir deras menjawab semua keadaan 

"Abah minta maaf, Kamu dan Radit adalah saudara susuan." Pak Haji matanya mulai memerah

"Pak Haji juga minta maaf Dit, di dalam Islam, Dea adalah muhrimmu, wanita yang haram kamu nikahi"

"Bruukkk"

Ibu Dea tiba-tiba jatuh pingsan. 

***

Surabaya, 17 November 2022

Naskah ke -18, tantangan dari dokjay 30 hari menulis di kompasiana

***

Silahkan Baca Juga Naskah Sebelumnya:

Naskah ke-1 : Guruku Adalah Orang Tuaku

Naskah ke-2: Sekolahku Adalah Surgaku

Naskah ke-3: Satu Visi, Satu hati

Naskah ke-4: Tragedi di Warung Pak Sugi

Naskah ke-5: Doa Bersama Untuk Para Guru Indonesia

Naskah ke-6: Ibu dan Guruku Melarangku Pacaran

Naskah ke-7: Madu Guru, Buah Manis Cita-cita Siswa

Naskah ke-8: Teman Kerja Adalah Guruku

Naskah ke-9: Berguru pada Pangeran Diponegoro

Naskah ke-10: Berguru pada Sunan Kalijaga

Naskah ke-11: Si Kebaya Merah

Naskah ke-12: Kangen Masakan Ayah

Naskah ke-13: Guruku Inspirasiku, Karenamu Ada Toko Online

Naskah ke-14: Berkah Digitalisasi Warung Pak Sugi

Naskah ke-15: Cinta Bersmi, Kembali dari Tanah Suci

Naskah ke-16: Cinta Segitiga

Naskah ke-17: Ledakan Itu, Melukai Dua Hati

Naskah ke-18: Hubungan Terlarang

Naskah ke-19: Guruku Adalah Obat Hatiku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun