"Radit masih sekolah Abah, baru kelas XII!" Bu Nur menolak
Pak Haji Nasrul ingin menyegerakan pernikahan anaknya, karena zaman sekarang banyak perempuan yang kehilangan kesuciannya. Pak Haji juga merasa sudah tua, ingin segera menyaksikan kebahagiaan anak putri satu-satunya.Â
Pak Haji sangat khawatir kalau usia remaja putrinya, hanya dibuat permainan oleh laki-laki yang tidak tanggung jawab. Beliau melihat pribadi Radit yang agamis, pekerja keras dan tangguh jawab. Di matanya hanya Radit yang cocok untuk putrinya.
"Ya baiklah Bu, nak Radit setelah lulus sekolah nanti kunikahkan dengan Dea!" Pak Haji menyerah.
"Njih Abah, mohon bimbingannya jikalau Radit bermain di rumah Abah!" Ibuku menerima perjodohanku dengan Dea.
Malam semakin larut, mereka semua izin pulang. Mereka menjabati salam kepada ibuku, ketika ibuku menatap jelas wajah ayu Dea mendapati kejanggalan ada tanda hitam di bawah bibir Dea. Sepertinya ibuku mengenal tanda tersebut.
"Berhenti dulu nak Dea, apakah kamu lahir di rumah sakit Hasanah?" Tanya Ibuku
"Njih Bu, Dea lahir di rumah sakit Hasanah." Ibu Dea menjawabnya
"Radit juga di Hasanah, kami 7 hari di sana!"
Ibunya Dea terheran, kemudian terhenti.
"Mohon ibu berkenan duduk lagi, ada hal yang penting untuk dibicarakan!" Pinta ibuku