Ibu Radit tidak mengizinkannya berpacaran, karena banyak pemuda pemudi sekarang merusak masa depannya, apalagi sampai berbuat zina. Banyak siswi usia SMP yang sudah tidak perawan apalagi usia SMA. Banyak putus sekolah dari akibat pergaulan bebas, mereka dikeluarkan dari sekolahnya. Pergaulan bebas menjadi pengaruh utama, mereka tidak tau aturan agama dan tidak takut kepada Allah dan sebebasnya menerjang larangan-Nya.Â
Anak mulai pacaran, berarti sudah mengenal lawan jenis. Dan juga lebih dari itu, adalah nafsu. Mereka mencoba berpegangan tangan, mencoba mencium, dan seterusnya. Dan ketika saat itu iman luntur dan setan menguasai. Ingatlah ingat bahwa Allah Maha Melihat.
"Ingat kerja ya kerja, sekolah ya sekolah jangan yang lain. Ingat, kalau ke rumah pak Haji Nasrul hanya sekedar mengantar pesanan." Ibu menasihatiku lagi
"Njih Bu insyaallah, ngampunten ingkang katah!" Radit menjabat tangan ibunya dan meminta maaf sekalian izin bekerja ke warung pak Sugi.
Radit mengayuh sepedanya menuju ke tempat kerja dengan hati yang hancur, matanya meleleh dan menetes di jalan. Hatinya teriris-iris, dan pikirannya tak karuan.
 "Kenapa dit, kok sedih gitu?" Tanya pak Sugi
"Mboten nopo-nopo pak." Radit memberi senyum menutupi kesedihannya
"Oya jangan lupa pisang kipasnya Hilmi anaknya pak Haji jangan lupa dikirim ya!"
"Siap, niki tesih kulo gorengke pak!"Â
Satu bungkus sterofom pisang kipas siap diantar, Radit izin ke pak Sugi untuk ke rumah pak Haji Nasrul.
Sebelum berangkat mengantar pisang kipas ia siapkan juga jas hujan yang malam kemarin ia pinjam untuk dikembalikan.