Mohon tunggu...
M Abd Rahim
M Abd Rahim Mohon Tunggu... Guru - Guru/Dai
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

GPAI SMK PGRI 1 SURABAYA, Ingin terus belajar dan memberi manfaat orang banyak (Khoirunnas Anfa'uhum Linnas)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tragedi di Warung Pak Sugi

4 November 2022   15:23 Diperbarui: 4 November 2022   17:25 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum sempat bersih-bersih meja, pak Sugi bercerita banyak tentang keluarga pak Haji, bahwa keluarga pak Haji sudah langganan disini sejak mereka mengandung Dea. Aku tertawa bahagia sambil mendengarkan cerita pak Sugi dan istrinya.

Setelah kami bercakap-cakap, aku membersihkan meja. Ternyata ada yang tertinggal, setelah kudekati sepertinya kunci rumah. Aku bilang pak Sugi, "Pak ini kuncinya pak Haji ketinggalan" Kataku sambil menghadap pak Sugi. Atas sarannya kudisuruh mengantarkan kunci tersebut ke rumahnya. Aku segera bergegas mengayuh sepedaku menuju rumah beliau. Sesuai arahan pak Sugi beberapa kilo dari warung aku sudah sampai di rumah pak haji. Mereka di depan rumah kebingungan mencari kunci rumah. 

Aku datang saat yang pas, mobilnya tidak kemana-mana masih terparkir di depan rumah. 

Aku dipersilahkan masuk, tapi aku menolaknya. "Ngampunten Ji, Kulo segera wangsul ke warung pak Sugi".

"Ndak papa, silahkan masuk. Nanti aku yang telpon pak Sugi, jangan takut." Pak Haji juga bersi keras menolak izinku. Istrinya, Dea dan adiknya masuk rumah lebih dulu. Aku mengekor di belakangnya bersama pak Haji.

Aku dipersilahkan duduk, dan ditanya tentang latar belakang keluargaku. Ya hanya sekedar mengenal, "Mana nomor Teleponmu?" 

Deg

"Ngampunten pak Haji, Kulo mboten gadah, HP teng griyo ingkang megang ibu kulo."

Sebelum pak haji melanjutkan pembicaraan, Dea datang dan bergabung bersama kami, lalu Ibu dan adiknya juga duduk di depanku. 

Kok aneh, Aku gemetar

Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun