Pulang kerja membawa luka terpendam, semakin malam dan kelam
Seonggok sanubari terbebani, menyayat pikiran lautan yang terkaram
Olehmu ucapan-ucapan sindiran yang penuh kebencian dan dendam
Apakah ada yang salah pada diriku; mengarungi kehidupan yang begitu dalam?
---
Kumemilih liar di luar daripada hati hangus terbakar
Membakar dirimu, dari api yang kau nyalakan; yang seolah benar
Aku ingin menolongmu, tapi apa yang kau balas, penuh semak belukar; mencakar
Liar di luar lebih baik, dari pada di dalam menjadi sarang-sarang buas ular
---
Sungguh jangan menjadi liar di luar, karena nasehat orang tua
Merasa terkekang, hidup di kurung dalam kandang; kamar asa tanpa tumbuh cinta
Sungguh jangan liar di luar; bebas pergaulan menapik jalan surga
Merasa bebas dibawah panji-panji negara dan agama; hukuman dan siksa
---
Tenanglah, Tuhan mencintai orang sabar; hatimu akan tentram
Tersenyumlah, ketika hati berpanas tersakiti, jangan ternodai mengikuti alamÂ
Tetaplah berdiam; diam adalah emas, tuk berdzikir, berfikir mencengkeramÂ
Tetaplah di dalam, jangan liar di luar, demi memperoleh manfaat dari hal-hal yang haram
Surabaya, 24 Agustus 2022
M. Abd. Rahim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H