Peraga Busana Defile Silla-Korea|Dok. Pribadi
Peraga Busana ala Silla-Korea di JFC 2018|Dok. Pribadi
Tak kalah menariknya adalah peragaan
Defile Thailand yang merepresentasikan budaya negeri gajah putih. Salah satu kereta karnavalnya berwarna putih bermotif gading.
Di belakangnya, para awak kereta berjalan mengikutinya. Mereka memakai busana khas dengan warna dominan kuning keemasan. Begitu juga dengan kreasi bunga teratainya, sedap dipandang mata.
Pesona Defile Thailand di ajang JFC 2018|Dok. Pribadi
Pesona Penampilan Arak-arakan (defile) Bunga Teratai di JFC 2018|Dok. Pribadi
Sementara para awak
Defile Shogun-Jepang, mencerminkan budaya kekaisaran Jepang dan Samurai. Peragaan gaunnya cukup menggoda penonton.
Peraga Busana ala Shogun-Jepang\Dok. Pribadi
Peraga Busana ala Defile Shogun di JFC 2018|Dok. Pribadi
Peraga Busana Defile Thailand|Dok. Pribadi
Begitulah. Silih berganti, tiap defile yang merepresentasikan keindahan masing-masing negara berjalan melewati runway sejauh sekitar 3,5 km.
Peraga rumpun Defile Silla-Korea di event JFC 2018|Dok. Pribadi
Penampilan Defile Silla-Korea di ajang JFC 2018|Dok. Pribadi
3. JFC 2018: Original, Konsistensi, dan Mendunia Dari pengalaman menonton grand carnaval di atas, saya memperoleh tiga nilai penting yang terkandung dalam penampilan JFC 2018, yaitu: original, konsisten, dan mendunia.
Dikatakan original, karena produk kreatifnya berbeda dengan produk-produk karnaval pada umumnya, seperti karnaval ketika peringatan Agustusan. Sementara disebut konsisten, karena JFC selalu diselenggarakan setiap tahun hingga JFC punya identitas khas.
Peraga Busana Ala Defile Kujang|Dok. Pribadi
Peraga Busana Ala Defile Kujang|Dok. Pribadi
Sedangkan
mendunia, karena produknya diterima masyarakat luas, bahkan memperoleh berbagai penghargaan dari mancanegara. Salah satunya, JFC memperoleh peringkat
second-runner up dunia (juara ke-3) di event
Winner Carnaval International de Victoria yang berlangsung di Seychelles (2016).
Lihat Beauty Selengkapnya