Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Notasi Cerdas Kelola Keuangan Pribadi dan Bisnis Kuliner

1 September 2017   16:00 Diperbarui: 5 September 2017   17:45 1477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Farid Azhar Nasution (kanan), saat menerima cindera mata dari Nurulloh (kiri) di forum edukasi, Hotel Santika Premier, Kota Malang (19/8/2017)/Dokumentasi Pribadi

Ini sekedar ilustrasi. Kata kuncinya kembali pada gaya hidup. "Nongkrong" di cafe-cafe elit tiap malam, bebas. Enak di kantong mereka, tapi bisa "jebol" di kantong sendiri, hehe :) 

Pengalaman Pribadi: Investasi Tanah dan "Rumah Tumbuh"

Kisahnya bermula saat ada seseorang menawarkan tanah seluas 136 m2. Lokasinya dekat kawasan kampus. Sayang, ketika itu akses jalan terbatas dan masih sepi. Saya pikir lokasinya cukup strategis, suatu saat pasti ramai.

Saya dan isteri sepakat membelinya (2006) meski sebagian dananya berasal dari pinjaman. Saat itu, harganya masih Rp 375.000/m. Beruntung, beberapa tahun kemudian harganya melonjak hingga melampaui Rp 2 juta/m. Kawasan ini sekarang ramai diburu pencari hunian.

Rumah kami di Kota Malang/Dokumentasi Pribadi
Rumah kami di Kota Malang/Dokumentasi Pribadi

Awalnya kami hanya mampu membangun pondasi dan dinding rumah, tanpa daun pintu dan jendela. Dana terbatas, sementara waktu pembangunan berhenti. Kami berdua mencoba memanfaatkan pendapatan mendatang untuk digunakan sekarang.

Caranya, mengestimasi pendapatan mendatang, lalu pinjam ke lembaga keuangan sesuai kemampuan. Kami perkirakan, net return dari membeli properti masih jauh di atas inflasi dan jasa pinjaman.

Saat itu, kami meminjam lewat Koperasi di tempat kerja yang bekerja sama dengan perbankan syariah di Kota Malang. Jadi, saya "mendapatkan tambahan pemasukan karena berhutang, sekaligus berinvestasi karena berhutang".

Ilustrasi membeli property dengan berhutang/Dokumentasi LPS
Ilustrasi membeli property dengan berhutang/Dokumentasi LPS
Berkat suntikan dana baru, pembangunan dapat berlanjut hingga bisa ditempati ala kadarnya (2006). Itulah yang saya sebut "rumah tumbuh". "Mengumpulkan sedikit demi sedikit, lama lama jadi bukit". Alhamdulillah, pada akhirnya rumah kami bisa berdiri sempurna seperti saat ini (2008). 

Sementara itu, gaji kantor setiap bulan ditransfer dengan tertib melalui bank pemerintah. Saya pun menyimpan di bank yang dijamin LPS. Mengapa?

Karena nasabah tak perlu merasa khawatir saat terjadi risiko seperti kebakaran, banknya bangkrut, izin usahanya dicabut (dilikuidasi), atau bank terkena risiko lain yang berdampak sistemik. Hal itu mengingatkan saat Indonesia terkena krisis moneter pada tahun 1998, banyak bank yang dilikuidasi dan gagal bayar.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun