Beruntung, anak kami yang duduk di kelas V MIN Malang I, berkesempatan mengikuti KMNR ke-12, setelah mengikuti babak seleksi KMNR antar kelas di sekolahnya. Sebab, selama ini soal-soal Matematika Nalar Realistik (MNR) hanya dinikmati oleh peserta olimpiade saja. MNR merupakan dasar-dasar matematika yang diujikan di olimpiade, seperti ajang International Mathematic Contest (IMC).
Pertama, Keunikan Tempat Kompetisi
Sejak pertama kali digelar sejak tahun 2006, KMNR secara nasional telah menggelar 12 kali kompetisi. Pada 29 September lalu, lebih dari 250 ribu siswa se Indonesia mengikuti uji pra KMNR (Republika, 29/9).
Ajang KMNR 2016 untuk wilayah Jawa Timur Cabang Malang Raya, diselenggarakan di SMP Sabillah, Malang. Di setiap depan ruang kelasnya terdapat aneka tanaman bunga, semacam kebun mini sekolah.
Di halaman sekolah, berjajar pepohonan kelapa sawit yang batangnya ditumbuhi tanaman bunga jenis paku-pakuan, seperti Simbar Menjangan,Kadaka dan sejenisnya. Berbeda dengan benalu, tanaman jenis epifit ini meskipun hidup di pohon lain namun tidak mengganggu pohon inang yang ditempelinya. Simbar Menjangan mampu menyediakan makanan untuk dirinya sendiri.
Peserta KMNR tidak dipungut beaya, namun disediakan kotak sumbangan sukarela yang disebut “Keropak”. Di lokasi, terdapat dua kotak bertertulis “Keropak Seikhlasnya”. Saya menyaksikan anak-anak memasukkan uang dalam amplop dimasukkan ke dalam Keropak.
“Keropak adalah sebuah kotak sedekah yang disiapkan bagi siapapun yang mengikuti kegiatan KPM baik belajar, pelatihan, lomba dan apapun yang diselenggarakan oleh KPM berupa pembayaran dengan seikhlasnya (sesuai dengan kemampuannya)”. (Sumber: KPM Jatim).
KPM adalah singkatan dari Klinik Pendidikan MIPA. KPM berpusat di Bogor, memiliki sejumlah KPM cabang yang pesertanya diikuti oleh 23 kota. Fokusnya pada pembelajaran MNR dengan metode pendanaan “Keropak” seikhlasnya.
Menurut sumber itu, “pembayaran seikhlasnya” merupakan ikhtiar agar Allah SWT memberikan keberkahan dari apa yang kita kerjakan, memberikan jalan keluar dan kemudahan segala urusan yang sedang kita kerjakan, dan memberikan pahala sehingga kita akan mendapatkan Ridho-NYA”.
Ketiga, Naskah soalnya Merangsang Nalar dan Mengandung Pesan Spiritual
Naskah soal-soal babak penyisihan KMNR ke-12 yang usai dikerjakan oleh peserta, boleh dibawa pulang. Sesampai di rumah, saya mencoba melihat naskah soal untuk siswa kelas 5-6 SD. Seluruhnya berjumlah 25 item soal, durasi waktunya 60 menit. Jika dibuat rata-rata, maka setiap soal membutuhkan waktu sekitar 2,4 menit.
Namun yang menarik, terdapat pesan spiritual bahwa tujuan belajar matematika bukan untuk berhitung saja, melainkan untuk rajin beribadah dan tujuan yang lebih mulia.
Pesan tertulis itu berasal dari Presiden Direktur KMP, Ir. R Ridwan Hasan Saputra, M.Si yang sengaja diletakan di halaman depan naskah soal. Selengkapnya saya kutip sesuai aslinya sebagai berikut:
Selama siswa bersiap mengerjakan soal, setiap orang tua/wali yang mengantar anak-anaknya, dilarang untuk mendekati anak-anaknya di ruang kelas. Lokasi ujian disterilkan dari gangguang lingkungan, diumumkan lewat pelantang suara oleh penyelenggara.
Bagaimana dengan bobot soalnya?
Soal pertama cukup mudah untuk anak sekelas V SD, kemudian diikuti dengan soal-soal yang membutuhkan kejelian dan nalar yang lebih tinggi. Pada soal nomor 6 misalnya, terdapat soal cerita kodok sebagai berikut:
“Seekor kodok melompat pada sebuah garis bilangan di mana saat melompat, kodok mendarat tepat pada bilangan-bilangan yang ada. Kodok mulai melompat dari angka 3. Setiap putaran kodok melompat 5 lompatan ke depan dan kemudian melompat ke belakang sebanyak 1 lompatan. Jika kodok sudah melakukan 12 putaran, maka di bilangan ke-berapakah kodok tersebut berada sekarang?”
Soal-soal matematika itu disusun sedemikian rupa, berusaha mengaitkan nalar matematik dengan kehidupan nyata.
Refleksi: Proses Pembelajaran Nalar Kreatif dan Konsekuensinya
Ibarat memasak, guru adalah juru masaknya. Dialah yang meracik tujuan belajar, bahan ajar, alat peraga edukatif, alat evaluasi, dan lingkungan belajar di mana anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah. Harapannya, hasil masakan belajarnya enak, sajiannya mengundang selera, efeknya bermakna dan bertujuan.
Pembelajaran sains, layak dikaitkan dengan realitas kehidupan atau pengalaman nyata anak-anak dalam kehidupan sehari-harinya, misalnya pelajaran matematika dikaitkan dengan kehidupan kodok, seperti soal cerita KMNR di atas.
Pembelajaran demikian, memungkinkan proses pembelajaran kreatif berlangsung menarik dan bermakna. Karena, anak-anak membicarakan pengalaman mereka sendiri, bukan pengalaman kehidupan antah berantah yang abstrak.
Pembelajaran demikian, dekat maknanya dengan apa yang disebut dengan “Pembelajaran Kontekstual” (contextual learning). Disebut kontekstual, karena pelajaran (teks) dikaitkan dengan kehidupan sosial yang riil (konteks). Dalam konteks pembelajaran matematika, dinamakan pembelajaran matematika nalaria realistik.
Pembejaran kontekstual dan pembelajaran matematika nalaria realisitik, memungkinkan hasil pembelajaran yang meaningfull learning, karena anak-anak membicarakan kehidupan nyata melalui pelajaran sains yang bermakna dan menyenangkan.
Banyak istilah-istilah yang merujuk pada pentingnya pembelajaran yang menyenangkan, seperti Fun Science, Joyfull Learning, sekolah dolanan,dll.
Kiranya, event-event kompetisi mendidik berbeaya murah, menyenangkan dan melibatkan anak-anak peminat bidang tertentu seperti KMNR, patut dikembangkan untuk pelajaran-pelajaran lainnya secara lokal di setiap sekolah.
Sebagai konsekwensinya, pembelajaran patut didesain secara menyenangkan dan kelasnya berubah secara dinamis (moving class).
Sementara soal-soal penilaiannya juga mengandung pertanyaan yang menuntut berpikir kreatif dan menyenangkan sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.
Jika Ujian Nasional (UN) tetap dipertahankan atau mesti dipending karena dinilai belum siap dengan banyak alasan, sebaiknya soal-soal yang mengandung nalar kreatif yang menyenangkan mendapat porsi yang cukup.
Pembelajaran nalar kreatif, memungkinkan anak-anak tumbuh dalam suasana kompetisi yang sehat. Hal ini berguna sebagai bekal untuk melatih anak-anak memecahkan masalah di tengah kancah kehidupan yang sarat persaingan di kemudian hari. Bagaimana pandangan Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H