Selain kami bertiga, ada Bang Isjet, Mbak Kiki dan Mbak Widha dari pengelola Kompasiana sebagai penggagas event. Suasana terasa semakin sempurna, karena kehadiran Mbak Elnie, Mas Bangkit, dan Bang Yosh dari Kemenpar sebagai mitra wisata yang bersahabat. Tak terkecuali, kehadiran duta wisata, Mbak Prima yang photogenic semakin melengkapi suasana perjalanan wisata.
[caption caption="Foto Bareng di depan Pura Tirta Empul, Ubud. Dari kir ke kanan adalah Mbak Wida, penulis, Mbak Prima, Bang Yosh, Mas Bangkit, Mbak Kiki, dan Mbak Elnie/Dok. Pribadi"]
Acara puncak, kami menghadiri jamuan makan bersama Menteri Pariwisata RI. Namun sayang, acara puncak dibatalkan, karena Beliau sedang melakukan kunjungan ke London. Demikian penjelasan Mbak Elnie. Hemm… betapa serunya nih andai melakukan trip wisata bersama diakhiri dengan Intimite Candle Light Dinner di sebuah Eco-Resort megah di Ubud bersama Pak Menteri, sekaligus berdiskusi mengenai pengembangan pariwisata Indonesia. Ngarep.co.id :).
Sungguh pun begitu, saya merasa bersyukur. Selama dua hari berkunjung ke kawasan wisata Ubud, saya dan kawan-kawan merasakan suasana berbeda saat menikmati fasilitas dan layanan Alaya Resort Ubud di hari pertama. Begitu juga ketika di hari kedua kami menikmati the Royal Pita Maha Resort, sebuah resort yang dikelola oleh keluarga Raja Ubud. Di sela-sela itu, saya menyaksikan aktivitas orang-orang di Pasar Ubud dan ritual di tempat air suci Tirtha Empul, serta menikmati kuliner dengan view lanskap sawah dan lembah.
[caption caption="Lanskap Sawah Terra Siring, Ubud. Lokasi depan Cafe Dewi, Ubud/Dok. Pribadi"]
Pada hari terakhir, kami sempat mengunjungi pusat oleh-oleh “Krisna”, dekat Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali, sesaat sebelum pulang ke kota Malang. Berikut nih, saya sharing self story, kisah perjalanan wisata di Ubud Bali. Mengingat ada beberapa lokasi kunjungan, artikel ini penulis fokuskan pada Pesona Alaya Resort Ubud dan peran perempuan Bali yang ada dibaliknya.
Menuju Bali di Tengah Pembatalan Penerbangan
Kami sempat was-was, mendengar berita bahwa Bandara Ngurah Rai ditutup sementara beberapa hari akibat letupan gunung Rinjani. Sejumlah penerbangan dari dan ke Bandara Bali pada saat menjelang acara Blogtrip Pesona Budaya di Bali dibatalkan. Namun alhamdulillah, saya bisa terbang pada 8 November 2015 bersama pesawat Citylink QG 642 dari Surabaya menuju Ngurah Rai, Denpasar Bali. Take off tepat pada pukul 08.00 WIB dari Bandara Juanda dan landing di Bali tepat pada pukul 09.50 WITA.
Sesampai di Bandara Ngurah Rai, Denpasar Bali, saya bertemu Mas Arif yang sudah tiba terlebih dahulu. Kami berdua langsung naik mobil dan nurut aja sama si penjemput yang sudah disediakan panitia. Begitu kami mau check in di hotel bintang lima Courtyard Marriot, Nusa Dua Bali; eits… ternyata kami diturunkan di hotel resor yang salah. Sopir sudah terlanjur pergi. Padahal saya sudah bilang mau menginap dan minta izin jepret sana jepret sini, hehe… :)
[caption caption="Penginapan Courtyard Marriot, Nusa Dua Bali/Dok. Pribadi"]
[caption caption="Terlanjur masuk ke pintu gerbang Courtyard Marriot/Dok. Pribadi"]