Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pesona DaLa Spa Alaya Resort Ubud Dibalik Perempuan Bali

12 November 2015   07:11 Diperbarui: 12 November 2015   08:02 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="View Alam dan Kolam Renang, tepat di depan Kamar Nomor 123, tempat kami menginap di Alaya Resort Ubud/Dok. Pribadi"][/caption]

Apa yang tergambar ketika Anda mengunjungi Bali? Bali identik dengan Pura. Karena itu Bali sering disebut-sebut sebagai kota seribu Pura. Ungkapan “seribu” menggambarkan sedemikian banyak Pura bertebaran di Bali. Orang-orang Bali juga pandai memasak, menari, melukis, membatik, dan membuat seni kerajinan tangan. Pendek kata, Bali memiliki modal budaya bernilai ekonomi wisata tinggi. Selain karena pantainya yang indah, Bali identik dengan kawasan wisata budaya dan seni. Bahkan, seringkali orang luar negeri lebih mengenal Bali dari pada Indonesia itu sendiri.

[caption caption="Ritual di Thirta Empul, Ubud. Ramai dikunjungi masyarakat dan wisatawan/Dok. Pribadi"]

[/caption]Unik ya? itulah Bali yang tak ada habis-habisnya dieksplorasi. Bali, merupakan bagian dari Pesona Indonesia, andalan Kementerian Pariwisata. Apa buktinya? Simak saja, bagaimana perkembangan kunjungan wisata ke Bali, dan bandingkan dengan daerah wisata lainnya. Menurut statistik BPS, jumlah kunjungan wisman melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Bali pada Desember 2014 naik 16,44 persen dibandingkan Desember 2013, yaitu dari 293,0 ribu kunjungan menjadi 341,1 ribu kunjungan. Begitu pula jika dibanding November 2014, jumlah kunjungan wisman melalui Bandara Bali, naik sebesar 16,08 persen (sumber).

Jumlah dan mutu kunjungan wisata penting ditingkatkan. Keberhasilan pariwisata kita, berperan sebagai salah satu benteng dan daya saing ekonomi bangsa. Karena itu perlu diiringi dengan kebijakan yang mendorong perubahan mindset bidang pariwisata; bahwa mengunjungi destinasi wisata milik sendiri, lebih menarik dan memiliki nilai guna lebih bila dibandingkan dengan berkunjung ke luar negeri.

Sebagai renungan, pelukis Barat asal Jerman dan Belanda, masing-masing bernama Walter Spies dan Rudolf Bonnet betah tinggal di Ubud, Bali. Mereka dibantu oleh Cokorda Gede Agung Sukawati dari Puri Agung Ubud, berdirilah Museum Puri Lukisan, Ubud, demikian menurut versi sumber Wikipedia.

Satu referensi lagi, Sang maestro pelukis keturunan Spanyol & Amerika bernama Mario Antonio Blanco, terpesona dengan perempuan Bali, Ni Ronji. Ia rela menetap di Bali dan begitu piawai ketika melukis pesona bentuk tubuh perempuan yang menjadi fokus objek lukisannya. Ni Ronji, merupakan salah satu objek lukisannya. Kecantikan Ni Ronji, Blanco ekspresikan lewat lukisan. Ni Ronji, tak tak lain adalah isterinya sendiri yang dicintainya.

[caption caption="Salah satu objek lukisan perempuan cantik, terpajang di ruang utama pintu lobi Royal Pita, A Tjampuhan Relaxation Resort, Ubud, Bali/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

Bagiku, mengunjungi destinasi wisata Indonesia, merupakan bagian dari perwujudan syukur kepada Tuhan, rasa cinta tanah air, dan revolusi mental. Ada pepatah mengatakan: “rumput tetangga tampak lebih hijau dari pada rumput sendiri”. Padahal, tidak sedikit turis asing yang justru mengakui pesona Indonesia begitu menakjubkan. Walter Spies, Rudolf Bonnet, dan Antonio Blanco hanyalah beberapa contohnya.

Dua Hari Menikmati Pesona Wisata Ubud

Kali ini saya hendak menggambarkan keunikan wisata non pantai, sebuah self story hasil kunjungan ke kawasan Ubud yang dikenal sebagai desa wisata internasional sejak 1930-an. Saya bersepuluh mengunjungi kawasan itu pada 8-10 November 2015. Ada Mas Arif dan Mas Dhany, masing-masing sebagai pemenang blog rivew Pesona Pulau Bidadari dan Pesona Budaya Bali, dan saya sendiri mewakili Pesona Pulau Bintan.

[caption caption="Makan bubur Bali di pinggir jalan, depan Alaya Resort Ubud, setelah jalan pagi menuju Pasar tradisional Ubud. Tampak dari kiri ke kanan, masing-masing Bang Yosh, Mbak Widha, Mas Dhany, Mas Arif, saya dan si Duta Wisata, Mbak Prima/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

Selain kami bertiga, ada Bang Isjet, Mbak Kiki dan Mbak Widha dari pengelola Kompasiana sebagai penggagas event. Suasana terasa semakin sempurna, karena kehadiran Mbak Elnie, Mas Bangkit, dan Bang Yosh dari Kemenpar sebagai mitra wisata yang bersahabat. Tak terkecuali, kehadiran duta wisata, Mbak Prima yang photogenic semakin melengkapi suasana perjalanan wisata.

 [caption caption="Foto Bareng di depan Pura Tirta Empul, Ubud. Dari kir ke kanan adalah Mbak Wida, penulis, Mbak Prima, Bang Yosh, Mas Bangkit, Mbak Kiki, dan Mbak Elnie/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Acara puncak, kami menghadiri jamuan makan bersama Menteri Pariwisata RI. Namun sayang, acara puncak dibatalkan, karena Beliau sedang melakukan kunjungan ke London. Demikian penjelasan Mbak Elnie. Hemm… betapa serunya nih andai melakukan trip wisata bersama diakhiri dengan Intimite Candle Light Dinner di sebuah Eco-Resort megah di Ubud bersama Pak Menteri, sekaligus berdiskusi mengenai pengembangan pariwisata Indonesia. Ngarep.co.id :).

Sungguh pun begitu, saya merasa bersyukur. Selama dua hari berkunjung ke kawasan wisata Ubud, saya dan kawan-kawan merasakan suasana berbeda saat menikmati fasilitas dan layanan Alaya Resort Ubud di hari pertama. Begitu juga ketika di hari kedua kami menikmati the Royal Pita Maha Resort, sebuah resort yang dikelola oleh keluarga Raja Ubud. Di sela-sela itu, saya menyaksikan aktivitas orang-orang di Pasar Ubud dan ritual di tempat air suci Tirtha Empul, serta menikmati kuliner dengan view lanskap sawah dan lembah.

[caption caption="Lanskap Sawah Terra Siring, Ubud. Lokasi depan Cafe Dewi, Ubud/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

Pada hari terakhir, kami sempat mengunjungi pusat oleh-oleh “Krisna”, dekat Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali, sesaat sebelum pulang ke kota Malang. Berikut nih, saya sharing self story, kisah perjalanan wisata di Ubud Bali. Mengingat ada beberapa lokasi kunjungan, artikel ini penulis fokuskan pada Pesona Alaya Resort Ubud dan peran perempuan Bali yang ada dibaliknya.

Menuju Bali di Tengah Pembatalan Penerbangan

Kami sempat was-was, mendengar berita bahwa Bandara Ngurah Rai ditutup sementara beberapa hari akibat letupan gunung Rinjani. Sejumlah penerbangan dari dan ke Bandara Bali pada saat menjelang acara Blogtrip Pesona Budaya di Bali dibatalkan. Namun alhamdulillah, saya bisa terbang pada 8 November 2015 bersama pesawat Citylink QG 642 dari Surabaya menuju Ngurah Rai, Denpasar Bali. Take off tepat pada pukul 08.00 WIB dari Bandara Juanda dan landing di Bali tepat pada pukul 09.50 WITA.

Sesampai di Bandara Ngurah Rai, Denpasar Bali, saya bertemu Mas Arif yang sudah tiba terlebih dahulu. Kami berdua langsung naik mobil dan nurut aja sama si penjemput yang sudah disediakan panitia. Begitu kami mau check in di hotel bintang lima Courtyard Marriot, Nusa Dua Bali; eits… ternyata kami diturunkan di hotel resor yang salah. Sopir sudah terlanjur pergi. Padahal saya sudah bilang mau menginap dan minta izin jepret sana jepret sini, hehe… :)

[caption caption="Penginapan Courtyard Marriot, Nusa Dua Bali/Dok. Pribadi"]

[/caption]Usut punya usut, ternyata lokasi Courtyard Marriot ada dua, satu di Nusa Dua dan satunya lagi di Seminyak. Sepertinya ada salah faham, antara penjemput dan pemesan rent car untuk kami. Setelah kami minta maaf dan mengucapkan terima kasih kepada pihak hotel, kami diizinkan melanjutkan ke tempat tujuan dan tetap dibantu dengan ramah oleh mereka. Kata salah seorang staf di sana, beberapa kali tamu terkadang salah ke sini (Courtyard Marriot), karena memang lokasinya ada dua. Makasih ya… meski salah tujuan, kami tidak “dicuekin”, justru kami tetap dilayani dengan baik.

[caption caption="Terlanjur masuk ke pintu gerbang Courtyard Marriot/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Hemm… setelah Mas Arif mengkorfimasi ke panitia blogtrip, ternyata benar ada kesalahpahaman antara sopir dan pemesannya. Tujuannya adalah Alaya Resort Ubud, terletak di jalan Hanoman, Ubud, Bali. Cukup jauh tuh, dari Bandara Ngurah Rai ke Nusa Dua, lalu jalan lagi ke Ubud, lamanya sekitar dua jam lebih. Singkat cerita, kami tiba di Alay Resort Ubud, dan bergabung dengan Tim dari Pengelola Kompasiana, Kemenpar dan beserta trip wisata yang seluruhnya berjumlah 10 orang. Agendanya sih cukup santai, berbeda dengan kompetisi blogtrip Pesona Indonesia, karena tidak ada kewajiban mereview. Namun sebagai penulis, oleh-olehnya ya tulisan semacam ini, betul kan? Hehe… :)

Pesona Resort Alaya yang Ramah Lingkungan

Kawasan Ubud bernuansa lanskap persawahan dan lembah yang eksotik. Jika petang hari mulai tiba, suasa cukup sepi. Toko-toko banyak yang tutup di malam hari. Ubud, didesain seperti kawasan sakral. Namun di malam hari sejak jam 19.00-21.00 Wita, masih ada beberapa pertunjukan tari sakral di sekitar Ubud. Lain halnya dengan kawasan tepi pantai Kuta, Legian, atau wisata tepi pantai lainnya yang selalu berasa “hidup” seharian. Wisata di Legian, biasanya ramai hingga pukul 03.00 dini hari dengan segala aktivitas malamnya.

[caption caption="Suasana Tempat Makan di Areal Persawahan Ubud di Cafe Dewi/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

Hal itu berbeda dengan karakter Ubud. Ubud memiliki banyak villa dan eco-resort bernuansa alam persawahan dan lembah. Suasananya kontras dengan keramaian wisata tepi pantai, seperti Kuta atau Seminyak misalnya. Suasana Ubud yang hening, justeru menjadi daya tarik wisata tersendiri. Jika Anda ingin merasakan suasana honey-moon, di Ubud cocok untuk Anda. Begitu juga jika Anda ingin belajar Yoga di Ubud, suasananya cukup mendukung. Anda ingin beralaksasi? Sejumlah Spa profesional melayani Anda. Menikmati DaLa Spa di Alaya Resort Ubud atau Tjampuhan Relaksasi Resort di Royal Pita Maha, tak akan mengecewakan...

[caption caption="Pintu Masuk Menuju Ruang Spa di Royal Pita Maha, A Tjampuhan Relaxation Resort, Ubud/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

[caption caption="Ruang Bagian Dalam Spa, A Tjampuhan Relazation Resort, Royal Pita Maha, Ubud/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Apa keunikan Alaya Resort? Beberapa keunikannya antara lain bangunan resort bernuansa alam, pohon-pohon bamu menghiasi resort Alaya. Joglo-joglonya indah, terbuat dari bahan-bahan alam beratapkan ijuk. Dinding pembatas luar gedung terbuat dari dedaunan ilalang. Bahan-bahan untuk keperluan mandi seperti sabun, shampoo, conditioner, dan semacamnya terbuat dari bahan-bahan alami buatan Alaya Resort sendiri, bermitra dengan petani lokal di Ubud. Demikian halnya dengan sajian masakan di restoran Alaya, disupplai oleh petani setempat. Karena itu pantas kalau restaurannya dinamakan Cofee Petani. Menggambarkan dan mendukung kehidupan petani Ubud.

[caption caption="Pesona Alaya Resort Ubud tampak dari luar; bangunannya tampak alami dengan nuansa bambu/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Petani Restaurant, bagian dari fasilitas dan layanan di Alaya Resort/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

Saya menginap di kamar 123, Alaya Resort Ubud, berdua dengan Mas Arif dari Yogya. Ada dua tempat tidur, lengkap dengan kamar mandi dan perabotannya. Di luar kamar, Alaya Resort menyediakan ruang terbuka untuk bersantai, menghadap langsung ke kolam renang. Jaraknya hanya beberapa meter dari kamar. 

[caption caption="Kamar 123, tempat Menginap di Alaya Resort Ubud, dengan latar belakang shoft relief Petani/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Lagi santai di tepi kolam, lokasinya tepat di depan kamar 123 Alaya Resort Ubud/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

Alaya Resort Ubud beralamatkan di jalan Hanoman, Ubud, Bali. Secara administratif, kecamatan Ubud berada di Kabupaten Gianyar, Propinsi Bali. Lokasinya sekitar 40 km dari Bandara Ngurah Rai, Denpasar Bali. Begitu tiba di Resor ini, kami dilayani dengan ramah. Kami mendapat ucapan selamat datang dan tawaran minuman segar afternoon, sebelum dipersilahkan masuk ke kamar. Selepas check in, wow… unexpected, saya dan kawan-kawan mendapat layanan spa. Kata panitia, biar fresh setelah dari perjalanan jauh. Hehe.. :)

 [caption caption="Salah satu view di Alaya Resort Ubud, Bali/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Sensasi Spa: Paket Manis Klepon dan Mandi Tujuh Kembang

Saya baru pertama kali merasakan sensasi layanan spa di sebuah resor Ubud. Salah satu jenis layanannya bernama paket “Manis Klepon”. Ohh… kalau di tempat saya, klepon itu jenis jajanan jajan pasar dari bahan beras, salah satu jenis penganan basah. Ya, di sana juga sama. Klepon, bila digigit akan meletus di dalam mulut, karena itu si penggigit klepon harus membungkam mulutnya saat mengunyahnya. Kalau tidak, bakal ke mana-mana tuh muncratnya. Hemm…

 [caption caption="Paket Manis Klepon di DaLa Spa Alaya Resot, Ubud/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Apa hubungannya dengan layanan spa? “Manis Klepon” merupakan salah satu nama paket yang disediakan “DaLa Spa Alaya Resort Ubud. Unik, DaLa Spa Alaya memanfaatkan makanan tradisional yang berwarna warni (Klepon warnanya hijau) sebagai ikon sekaligus bagian dari treatment layanan DaLa Spa di Alaya Resort. Setiap pelanggan Spa, diberi makanan klepon, sebelum memulai treatment. Makan Klepon merupakan salah satu bagian dari proses treatment.

[caption caption="Mengisi form sebelum melakukan ritual relaksasi di DaLa Spa, Alaya Resort Ubud/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

Sebelum dimulai treatment, kami mendapatkan penjelasan dari para perempuan Bali yang menjadi massagers, mengenai bahan-bahan terapi yang digunakan. Perempuan-perempuan Bali itulah yang menerapi kami. Mereka menggunakan jahe, parutan dan kelapa, daun pandan, dan tujuh kembang Bali yang berwarna warni indah. Para perempuan Balinese itu meyakinkan kami. Mereka dengan ramah menunjukkan bahan-bahan herbal ramah lingkungan dan kaya manfaat bagi kesehatan. Saya diminta merasakannya dengan cara mencium bau harumnya yang khas... hemm, “ngangenin, kwkwkw…”. Itulah sebagian peran perempuan Bali yang terampil merawat diri dan melayani pelanggan spa.

 [caption caption="Bahan-bahan treatment DaLa Spa di Alaya Resort, Ubud/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Setelah itu, saya diminta mengisi data diri secara lengkap dan blangko isian. Data-data itu antara lain berisi pernyataan bagian tubuh mana yang perlu mendapat tekanan pijatan, bagian mana yang tidak boleh disentuh, jenis benda apa yang memicu alergi, pilihan jenis musik klasik apa yang disukai, dan seterusnya. Saya cukup diminta memberi tanda contreng (√) pada kolom dan/atau mengisi titik-titik kosong di kolom yang tersedia. Layaknya mengisi blangko sebuah survey. Bahasanya mengunakan bahasa Inggris dan mandarin. Pokoknya profesional deh, menyesuaikan dengan kebutuhan pelanggan.

Salah satu buktinya, DaLa Spa Alaya Hotel Ubud mendapat penghargaan World Luxury Spa Award sebagai finalis sekaligus Best Luxury Resort Spa pada tahun 2015.

[caption caption="Penghargaan World Luxury Spa yang diterima DaLa Spa Alaya Resort Ubud/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Sudah siap nih. Kami diminta masuk ruang besar nan indah, diperuntukkan untuk dua orang sekaligus. Kebetulan, saya bersama Bang Isjet dari Pengelola Kompasiana. Kami berdua dipersilahkan masuk ke ruangan itu. Di sana tersedia dua kasur dengan ranjangnya untuk prosesi spa. Di depannya membentang taman indah, lengkap dengan kolam airnya yang jernih diiringi suara gemericik air, menyempurnakan suhu udara bertemparatur 250C. Angin sepoi-sepoi basa yang masuk dari luar taman masih bisa dirasakan. Suasana hening. Kami diminta mengganti baju dan memakai pakaian khusus Spa. Hehe… nggak ada yang ngelihat loh. Para perempuan Balinese ada di luar pintu. Dijamin aman… jika sudah siap, kami diminta mengetuk pintu. Mereka akan kembali melakukan ritual treatment.

 [caption caption="Ruang DaLa Spa di Alaya Resort Ubud/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Tahap demi tahap treatment berlangsung. Saya lupa tahapan detilnya. Namun beberapa tahapan penting yang saya ingat adalah: pertama, melakukan ritual pembersihan kaki. Kedua kaki dicelupkan ke dalam baskom berisikan air hangat, bunga dan aneka tanaman organik. Nyesss…. Saya mendapatkan pijatan klasik, kaki diurut rasanya nyaman… Pada tahap ini, saya dan Bang Isjet yang ada di samping saya (jaraknya sekitar 3 meter) hanya hoho hihi… masih bisa guyonan, kwkekekek… Ritual proses ini dinamakan “DaLa Foot Ritual”.

 [caption caption="Tanaman tradisional seperti kelapa dan sirih dijadikan sebagai bahan-bahan treatment/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Kedua, proses ritual Balinese massage dimulai. Saya tidur tengkurap, mata menatap ke bawah, fokus pada tulisan: A woman is ….saya lupa lanjutannya. Hemm…. Suasana hening mulai terjadi, bunyi-bunyian ritual khas Spa, entah benda apa itu dibunyikan dekat telinga kami. Musik klasik yang lembut diputar. Proses awal memasuki suasana ritual relaksasi mulai berasa. Suasana hening…. Proses itu berlanjut hingga selesai, dengan terapi “coconut with sugar palm sugar body scrup”. Lamanya sekitar 120 menit. Selama itu, saya nyaris tertidur, merasakan sensasi relaksasi yang nyaman… suer!

[caption caption="Bermacam-macam bahan herbal dari jenis tanaman yang dihasilkan Petani Bali/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

Ketiga, proses terakhir adalah mandi air hangat di bathup dengan tujuh kembang warna warni, entah apa saja namanya. Salah satu nama bunga yang saya ingat adalah bunga “kanthil”. Uniknya, satu bak besar muat untuk dua orang, sekedar untuk berendam sebentar dan membersihkan badan, sebelum akhirnya diguyur sendiri dengan shower air hangat. Hadeuuh…. Kisah nyata kok jadi seperti fiksi, hemmm… tapi suer, badan berasa nyaman. Itulah ritual massage di DaLa Spa Alaya Ubud. Profesionalimenya sudah diakui dunia. Terbukti, DaLa Spa Alaya pada tahun 2015 mendapatkan penghargaan Best Luxury Spa Group. Selamat!

[caption caption="Kembang Tujuh Warna dan Aneka Bahan Tradisional Lainnya/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

Itulah sebagian pengalaman mengesankan, self story menikmati layanan berelaksasi di DaLa Spa-Alaya Resort Ubud pada hari pertama kunjungan kami. Anda penasaran? Sesekali dong, Anda juga mencoba pergi ke sana!

Refleksi Akhir: Hospitality dan Perempuan Bali

Pengamalan di atas, menunjukkan bahwa keterampilan dan keramahan perempuan Bali memiliki kontribusi yang tak kecil bagi pengembangan jasa pariwisata. Karena itu, mengenalkan Pesona Indonesia perlu diikuti dengan penigkatan mutu keramahan dalam arti sesunguhnya. Keramahan (hospitality) merupakan ruh dalam dunia pariwisata. Produk wisata mesti ramah terhadap semua, ya ramah secara ekonomi, budaya, dan lingkungan. Tak terkekecuali ramah terhadap perempuan itu sendiri. Tanpa hospitality, semua produk yang ditawarkan oleh dunia pariwisata nyaris tak bernilai. Saya berharap, rekreasi yang ramah itu menjadi kebutuhan hidup dan bisa dirasakan oleh kebanyakan masyarakat kita. 

Pesona alam, modal budaya, dan kerajinan seni merupakan tiga kata kunci daya tarik Ubud. Hal itu antara lain tergambar saat mereka memasak, pergi ke Pura, menari, melukis, membatik dan membuat seni kerajinan tangan. Namun ada sisi lain yang tersembunyi, bahwa pesona Ubud dibalik peran perempuan Bali. Layanan Paket Manis Klepon dan Mandi Tujuh Kembang adalah salah satu contoh pembuka gambaran. Tanpa perempuan Bali, layanan resort kurang bermakna. Perempuan Bali, lebih dari sekedar diperlukan sebagai pemanis dalam pariwisata, kehadiran mereka layak dihormati. Seperti halnya Blanco menghormati kecantikan Ni Ronji, isterinya sendiri yang ia ekspresikan lewat lukisan. Salam Pesona Indonesia!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun