Air Mata Cinta
Oleh: M. Abd. Rahim
***
"Hafizah, Hafizah... bangun. Sudah siang, nanti terlambat sekolah loh!" Pak Alif berulang kali membangunkan anak kesayangannya.
Ia masih belum bangun, dan tembah memeluk guling kesukaannya dengan erat.
"Hafizah ayah berangkat kerja ya... Assalamu'alaikum." Goda ayahnya
Hafizah ngrengekÂ
Tiba-tiba ia terbangun, dan melempar gulingnya dan berdiri memeluk sang Ayah.
"Ayo pipis dulu ya!" Pinta ayahnyaÂ
Pak Alif berkata seperti itu, agar Hafizah terbiasa, ketika bangun tidur langsung ke kamar mandi buang air kecil, gosok gigi atau sekedar mencuci muka.
Ibu Risdza, mamanya selesai dandan, datang menghampiri Hafizah dan menggendongnya.
"Kak Hafizah langsung mandi ya, nenek agak kurang enak badan. Ayo, mandi sama ayah atau mama?"Â
"Em...pikir dulu..., sama mama aja!"
Pak Alif tersenyum lebar mendengar jawabannya, ia sungguh menggemaskan.
Mama memandiin Hafizah di kamar mandi belakang dan pak Alif merebus air-membuat susu buat Hafizah
"Yang bersih Zah, gosok giginya. Tolong diulangi lagi sebelah kanan."
Terdengar dari luar
"Ayah ambilkan handuk!" Pinta mama.Â
"Ayah.., ambilkan handuk!" Dengan nada sedikit menggoda Hafizah mengulangi ucapan mamanya.
Tak ada jawaban
Terlihat pak Alif masih sibuk memasukkan air panas dalam gelas kesukaannya, "gelas anti tumpah, katanya"
Beberapa menit kemudian. Mereka keluar kamar mandi. Hafizah dan mamanya menuju kamar untuk ganti baju.
Pak Alif masih sibuk menuangkan air panas ke gelas terus membuangnya.
Kemudian menuangkan air panas lagi secukupnya dan mencampurnya dengan air galon secukupnya.
Lalu memasukkan susu formula tiga sendok, terus mencicipinya. Dirasa kurang terasa, maka menambahinya satu sendok lagi, agar Hafizah lahap meminumnya.
Pernah suatu ketika, yang membuat susu adalah kaiknya. Kebanyakan air, dan rasa susunya tidak ada. Hafizah protes, dan ia tak semangat menghabiskan susunya.
Hafizah sudah berpakaian seragam sekolah bersama mamanya, dan sekarang tinggal menghabiskan susu sambil menonton Chanel TV 124.Â
Begitulah kebiasaan setiap hari hafizah sebelum berangkat sekolah. Kadang minumnya lama sampai terlambat sekolah.
Setelah semua beres, pak Alif dan Ibu Risdza pamit ke kaik dan neneknya dan titip uang jajan buat Hafizah.
Pak Alif mau berangkat kerja, pamit sama anaknya. Hafizah berlari dari dalam rumah menuju pintu luar.
"Ayah jangan lupa, bismillahi tawakkaltu alallah...!" Hafizah mengingatkanÂ
"Iya sayang"
"Bismillahi tawakkaltu alallah lahaula wala kuwwata Illa billahil aliyyil adzim"Â
Pak Alif pun menundukkan badannya dan memeluknya. Ia berkata:
"Hafizah di sekolah yang pintar ya, dengar kata-kata ibu guru di sekolah. Bila dipanggil ibu guru, segera memenuhi panggilannya. Jangan ucapkan nanti-nanti"
"Iya yah...!"Â
Sambil mencubit kedua pipinya, pak Alif memandang kedua mata Hafizah. Ia tersenyum, Pak Alif terenyuh, menyimpan bendungan air mata di kedua matanya.
Pak Alif memeluk anaknya ke sekian kali, air mata cinta begitu tersimpan dahsyat di dalam hatinya.
Pak Alif mulai menyalakan mesin sepeda motor Scoopynya, dan melambaikan tangan kirinya.
"Dada Hafizah, I love You"
"I love you to" balas Hafizah dengan membentuk love dari kedua tangannya.
Bendungan air mata cinta masih tersimpan di kedua matanya. Pak Alif malu, sekaligus tak tega menangis di depan anak tercintanya.
Air matanya tumpah, ketika melihat Hafizah memeluk daun pintu dan meninggalkannya.Â
Sungguh hari ini pak Alif dibuat anak berumur 4 tahun itu membuat air matanya mengalir deras.
Di perjalanan menuju kota Surabaya, masih menyimpan bendungan air mata. Sesekali mengingat Hafizah hatinya sesak dan jatuh satu persatu di pipi. Kemudian mengusap dengan tangan kirinya.
"Kenapa yah?" Tanya istrinya
"Hafizah kasihan ya, sering kita tinggal kerja."
"Makanya itu yah, kamu harus berhasil dan sukses sehingga bisa beli rumah di kota dan bisa hidup bersama Hafizah, anak kita."
Mulai hari ini, pak Alif giat bekerja, giat beribadah dan berdoa. Sungguh mengubah hari-harinya semakin dekat dengan sang Pencipta.
"Ya Allah baru kali ini, air mata ini mengalir begitu dahsyat. Ya Allah lindungilah keluarga kami dari mara bahaya."
"Berilah kemudahan, berikanlah kesuksesan apa yang jalani ini ya Allah. Mudahkanlah urusan-urusan kami.
"Ampunilah dosa-dosa kami, dosa keluarga kami bila menghalangi hidayah dan rezekiMu."
Air mata pak Alif masih tercecer di jalanan
***
Surabaya, 02 November 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H