Mohon tunggu...
M Abd Rahim
M Abd Rahim Mohon Tunggu... Guru - Khoirun Nas Anfa'uhum Linnnas

Penulis Novel Islami, Welcome Back to School. Penulis Kumpulan Puisi, Jiwa-Jiwa Penggerak. Belajar Menulis untuk Terus Bisa Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Air Mata Cinta

2 November 2023   23:55 Diperbarui: 3 November 2023   06:47 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Air Mata Cinta

Oleh: M. Abd. Rahim

***

Baca juga: Markas Air

"Hafizah, Hafizah... bangun. Sudah siang, nanti terlambat sekolah loh!" Pak Alif berulang kali membangunkan anak kesayangannya.

Ia masih belum bangun, dan tembah memeluk guling kesukaannya dengan erat.

"Hafizah ayah berangkat kerja ya... Assalamu'alaikum." Goda ayahnya

Hafizah ngrengek 

Tiba-tiba ia terbangun, dan melempar gulingnya dan berdiri memeluk sang Ayah.

"Ayo pipis dulu ya!" Pinta ayahnya 

Pak Alif berkata seperti itu, agar Hafizah terbiasa, ketika bangun tidur langsung ke kamar mandi buang air kecil, gosok gigi atau sekedar mencuci muka.

Ibu Risdza, mamanya selesai dandan, datang menghampiri Hafizah dan menggendongnya.

"Kak Hafizah langsung mandi ya, nenek agak kurang enak badan. Ayo, mandi sama ayah atau mama?" 

"Em...pikir dulu..., sama mama aja!"

Pak Alif tersenyum lebar mendengar jawabannya, ia sungguh menggemaskan.

Mama memandiin Hafizah di kamar mandi belakang dan pak Alif merebus air-membuat susu buat Hafizah

"Yang bersih Zah, gosok giginya. Tolong diulangi lagi sebelah kanan."

Terdengar dari luar

"Ayah ambilkan handuk!" Pinta mama. 

"Ayah.., ambilkan handuk!" Dengan nada sedikit menggoda Hafizah mengulangi ucapan mamanya.

Tak ada jawaban

Terlihat pak Alif masih sibuk memasukkan air panas dalam gelas kesukaannya, "gelas anti tumpah, katanya"

Beberapa menit kemudian. Mereka keluar kamar mandi. Hafizah dan mamanya menuju kamar untuk ganti baju.

Pak Alif masih sibuk menuangkan air panas ke gelas terus membuangnya.

Kemudian menuangkan air panas lagi secukupnya dan mencampurnya dengan air galon secukupnya.

Lalu memasukkan susu formula tiga sendok, terus mencicipinya. Dirasa kurang terasa, maka menambahinya satu sendok lagi, agar Hafizah lahap meminumnya.

Pernah suatu ketika, yang membuat susu adalah kaiknya. Kebanyakan air, dan rasa susunya tidak ada. Hafizah protes, dan ia tak semangat menghabiskan susunya.

Hafizah sudah berpakaian seragam sekolah bersama mamanya, dan sekarang tinggal menghabiskan susu sambil menonton Chanel TV 124. 

Begitulah kebiasaan setiap hari hafizah sebelum berangkat sekolah. Kadang minumnya lama sampai terlambat sekolah.

Setelah semua beres, pak Alif dan Ibu Risdza pamit ke kaik dan neneknya dan titip uang jajan buat Hafizah.

Pak Alif mau berangkat kerja, pamit sama anaknya. Hafizah berlari dari dalam rumah menuju pintu luar.

"Ayah jangan lupa, bismillahi tawakkaltu alallah...!" Hafizah mengingatkan 

"Iya sayang"

"Bismillahi tawakkaltu alallah lahaula wala kuwwata Illa billahil aliyyil adzim" 

Pak Alif pun menundukkan badannya dan memeluknya. Ia berkata:

"Hafizah di sekolah yang pintar ya, dengar kata-kata ibu guru di sekolah. Bila dipanggil ibu guru, segera memenuhi panggilannya. Jangan ucapkan nanti-nanti"

"Iya yah...!" 

Sambil mencubit kedua pipinya, pak Alif memandang kedua mata Hafizah. Ia tersenyum, Pak Alif terenyuh, menyimpan bendungan air mata di kedua matanya.

Pak Alif memeluk anaknya ke sekian kali, air mata cinta begitu tersimpan dahsyat di dalam hatinya.

Pak Alif mulai menyalakan mesin sepeda motor Scoopynya, dan melambaikan tangan kirinya.

"Dada Hafizah, I love You"

"I love you to" balas Hafizah dengan membentuk love dari kedua tangannya.

Bendungan air mata cinta masih tersimpan di kedua matanya. Pak Alif malu, sekaligus tak tega menangis di depan anak tercintanya.

Air matanya tumpah, ketika melihat Hafizah memeluk daun pintu dan meninggalkannya. 

Sungguh hari ini pak Alif dibuat anak berumur 4 tahun itu membuat air matanya mengalir deras.

Di perjalanan menuju kota Surabaya, masih menyimpan bendungan air mata. Sesekali mengingat Hafizah hatinya sesak dan jatuh satu persatu di pipi. Kemudian mengusap dengan tangan kirinya.

"Kenapa yah?" Tanya istrinya

"Hafizah kasihan ya, sering kita tinggal kerja."

"Makanya itu yah, kamu harus berhasil dan sukses sehingga bisa beli rumah di kota dan bisa hidup bersama Hafizah, anak kita."

Mulai hari ini, pak Alif giat bekerja, giat beribadah dan berdoa. Sungguh mengubah hari-harinya semakin dekat dengan sang Pencipta.

"Ya Allah baru kali ini, air mata ini mengalir begitu dahsyat. Ya Allah lindungilah keluarga kami dari mara bahaya."

"Berilah kemudahan, berikanlah kesuksesan apa yang jalani ini ya Allah. Mudahkanlah urusan-urusan kami.

"Ampunilah dosa-dosa kami, dosa keluarga kami bila menghalangi hidayah dan rezekiMu."

Air mata pak Alif masih tercecer di jalanan

***

Surabaya, 02 November 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun